RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Keinginan-keinginan Yang Membinasakan


Renungan Harian Virtue Notes, 7 April 2012
Keinginan-keinginan Yang Membinasakan


Bacaan: Galatia 5: 24-25

5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,



Perjuangan untuk menjadi budak Tuhan adalah perjuangan dalam mengisi pikiran, apakah pikiran kita diisi oleh hal-hal duniawi atau kebenaran Firman Tuhan. Paulus mengatakan bahwa Hawa diperdaya oleh ular dari kesetiaan yang sejati kepada Kristus. Sewaktu masih di Eden, Iblis memakai ular; sekarang ia memakai pembicara di mimbar yang tidak mengenal kebenaran. Dalam hal ini kita mengerti mengapa mengenai si penyesat ini Paulus berani mengatakan tegas, “Terkutuklah mereka!” (Gal. 1:6-10). Perhatikanlah hal ini dengan serius. Tidak perlu takut dianggap menghakimi, dan tidak perlu bertoleransi berlebihan karena tradisi Timur sehingga sering membiarkan “ular-ular” berkeliaran menyesatkan dan membinasakan banyak orang.



Kalau boleh jujur, semua yang kita ingini dari dunia ini akan lenyap seperti uap. Namun ironisnya, hidup manusia terus bergulir dan bergerak demi suatu cita-cita, rencana-rencana pribadi, serta keinginan-keinginan yang tidak pernah berhenti. Inilah penyesatan hebat yang sedang dilakukan oleh kuasa kegelapan. Keinginan (ἐπιθυμία, epithymÍa) daging, keinginan mata dan keangkuhan (ἀλαζονεία, alazonīa) hidup bukan berasal dari Bapa. Dan orang yang melakukan hal-hal tersebut akan binasa (1Yoh. 2:15-17). Merekalah orang-orang yang semasa hidup di dunia ini hanya digerakkan dari satu keinginan ke keinginan yang lain tanpa sungguh-sungguh mau mengerti apa yang diingini Allah dalam hidupnya.


Bila kita melakukan kehendak Allah atau yang diingini Allah, berarti kita menjadi budak-Nya. Sejatinya keinginan-keinginan dalam pikiran manusia adalah belenggu bagi dirinya. Ini akan sangat sulit dilepaskan kalau dibiarkan mengakar bertahun-tahun, karena pikiran itulah yang menggerakkan hidup manusia. Jadi, bukan tanpa alasan kalau Tuhan menghendaki kita mengalami pembaruan pikiran dari hari ke hari. Pembaruan pikiran itu dimaksudkan agar kita mengarahkan pikiran kepada kehendak Bapa, sebab inilah target yang dikehendaki Bapa untuk dapat kita capai. Tentu untuk target ini kita diberi-Nya kemampuan untuk dapat mencapainya. Inilah kabar baik, anugerah Tuhan yang tidak terbeli dengan uang.



Waspadalah terhadap pemberitaan di mimbar gereja yang seolah-olah benar, padahal ular. Semua pemberitaan yang menggiring umat Tuhan agar bersahabat dengan dunia adalah ular (Yak. 4:4). Untuk bisa menang melawan ular, kita harus berani memasuki perhentian Tuhan (Mat 11:28-29). Orang yang masuk perhentian Tuhan berarti mematikan keinginan (epithymÍa).



Berhentilah dari berbagai keinginan, maka kita akan masuk ke tempat perhentian Tuhan yang melegakan.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Kemerdekaan Yang Sejati


Renungan Harian Virtue Notes, 6 April 2012
Kemerdekaan Yang Sejati


Bacaan: Galatia 5:1

5:1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.



Bagaimanakah sebenarnya kebebasan atau kemerdekaan itu? Sebab sering kita mendengar pembicara di mimbar berbicara mengenai kebebasan atau kemerdekaan dalam Kristus, tetapi sebenarnya tidak ada kejelasan mengenai proses kemerdekaan tersebut. Kita dinyatakan sudah merdeka tetapi kita tidak mengalami dan merasakan sesuatu yang luar biasa dari kemerdekaan itu. Kalau begitu apa bedanya kita dengan mereka yang ada di luar anugerah keselamatan Tuhan Yesus Kristus? Jangan sampai terjadi penipuan terhadap jemaat. Jemaat dinyatakan sudah merdeka padahal belum benar-benar merdeka. Bagaimanakah kemerdekaan dalam Kristus itu sebenarnya?


Memang Tuhan Yesus telah mati di kayu salib menebus dosa manusia. Penebusan itu memerdekakan. Seperti seorang budak yang telah digadaikan atau dijual sehingga menjadi milik seorang tuan. Sekarang tuan pemilik aslinya membelinya kembali dan memberi kesempatan apakah budak tersebut mau dimiliki oleh Tuannya sendiri atau tidak. Kalau budak pada umumnya diperjualbelikan oleh orang lain, tetapi kalau hal itu dikenakan pada manusia yang memiliki kehendak bebas masalahnya menjadi berbeda. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang harus dimiliki Tuhan sebagai “budak-Nya” diberi kebebasan apakah ia mau menjadi budak Tuhan atau menjadi milik kuasa lain.


Manusia di taman Eden menghadapi perjuangan apakah memberi diri menjadi budak Tuhan atau budak setan. Ternyata manusia disesatkan oleh iblis sehingga ia menjual diri dan gagal menjadi budak Tuhan. Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia untuk membeli kembali manusia milik-Nya tersebut. Sekarang setelah Ia membeli kita, kita diberi kebebasan untuk menjadi milik Tuhan atau milik setan. Kembali perjuangan yang pernah terjadi di Eden juga terjadi dalam kehidupan kita. Kalau kita merasa otomatis sudah merdeka padahal belum, betapa menyedihkan. Untuk menjadi milik Tuhan atau budak Tuhan, kita dituntut untuk berjuang dengan serius. Itulah sebabnya Paulus dalam tulisannya mengatakan: Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan (Gal 5:1).


Jadi, kalau diajarkan bahwa kebebasan itu otomatis dimiliki oleh orang Kristen, itu adalah ajaran yang sesat. Tuhan Yesus memang telah mati di kayu salib untuk membeli kita, tetapi selanjutnya apakah kita mau dimiliki Tuhan atau tidak tergantung respon setiap individu.


Untuk mengalami kemerdekaan yang sesungguhnya, kita harus meresponi keselamatan dalam Tuhan Yesus.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Kesempatan Mahal


Renungan Harian Virtue Notes, 5 April 2012
Kesempatan Mahal


Bacaan: Efesus 5:14-17

5:14 Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu."
5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.


Betapa lebih bijaksananya kalau setiap pagi begitu kita bangun tidur, kita berkata, “Syukur aku masih hidup”. Mengapa? Sebab berarti kita masih memiliki kesempatan untuk lebih menghormati dan mengasihi Bapa. Hari yang baru adalah hari untuk belajar bagaimana menghormati satu-satunya Pribadi yang pantas dihormati. Inilah letak mahalnya waktu yang disediakan bagi manusia yang akan kembali ke dalam tanah. Satu hari harganya tidak ternilai, sebab satu hari yang dimiliki seorang anak manusia memiliki dampak di keabadian yang tiada tara. Kemuliaan menjadi anak Allah bersama dengan Bapa di Kerajaan-Nya adalah sesuatu yang tak bisa dibeli dengan apapun. Hanya anugerah dalam Tuhan Yesus Kristuslah yang memungkinkan kita meraihnya. Oleh sebab itu, kita harus menjadikan kemuliaan itu menjadi milik yang pasti dengan meresponi anugerah Tuhan, yaitu belajar mengasihi dan menghormati-Nya.


Ingat, iman tanpa perbuatan seperti tubuh tanpa roh. Usaha untuk mengasihi dan menghormati Tuhan bukanlah jasa, melainkan suatu sikap penghargaan terhadap anugerah keselamatan yang diberikan-Nya. Satu hari yang diberikan Tuhan merupakan kesempatan untuk menunjukkan usaha yang serius untuk mengasihi dan menghormati-Nya. Sebaliknya, satu hari menjadi tidak berharga, bahkan menjadi bencana, kalau tidak digunakan untuk belajar menghormati dan mengasihi Bapa. Satu hari yang disia-siakan bisa mengakibatkan keterpisahan dengan Bapa selamanya.



Firman Tuhan menasihati agar kita bangkit dari tidur. Artinya, sadar sepenuhnya terhadap fakta hidup ini. Harus mempergunakan waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat, artinya hari yang tidak digunakan untuk belajar menghormati dan mengasihi Bapa adalah hari-hari yang membawa kebinasaan; itulah sebabnya disebut “jahat”.



Kata jahat dalam teks aslinya adalah πονηρός (ponērós). Kata ini muncul pula dalam Doa Bapa Kami, pada kalimat “tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat”. Ponērós merujuk pada kejahatan dalam pikiran, yaitu hasrat yang tidak sesuai dengan keinginan Tuhan. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan Tuhan adalah kejahatan, sebab manusia hidup memang hanya untuk melakukan keinginan Penciptanya. Sayangnya, hampir semua orang tidak mau mengerti hal ini; mereka hidup hanya untuk memuaskan keinginannya sendiri. Jangan terus memelihara kejahatan dalam pikiran itu; ingatlah, hari ini harganya tiada ternilai



Setiap waktu yang kita miliki adalah mahal, pergunakan sebagai kesempatan untuk mengasihi Bapa.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Keturunan Allah


Renungan Harian Virtue Notes, 4 April 2012
Keturunan Allah


Bacaan: Kisah Para Rasul 17:28-29

17:28 Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.
17:29 Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.


Sadarkah Saudara bahwa kita ini keturunan Allah? Alkitab sendiri mengatakan demikian. Pengertian bahwa manusia adalah keturunan Allah memiliki arti yang sangat penting. Manusia disebut anak Allah bukan secara simbolis atau sebutan semata-mata; sesungguhnya demikianlah kenyataannya. Sejatinya roh yang ada pada manusia adalah roh yang keluar dari diri Allah (Kej. 2:7). Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk atau entitas lainnya. Penjelasan ini sama sekali tidak bermaksud melecehkan Allah atau merendahkan derajat-Nya; sebaliknya, dengan pemahaman ini justru kita memuliakan Allah yang menciptakan dan menempatkan manusia sebagai anak-anak-Nya. Di dalam hal ini manusia harus memperlakukan Allah sebagai Bapa yang patut dihormati secara pantas, dipatuhi secara mutlak, dan dilayani dengan segenap hati. Manusia memang diciptakan hanya untuk itu. Dan manusia menerima dirinya sebagai anggota dari keluarga Allah, bagian dari hidup Allah sebagai Bapanya. Dengan demikian kita akan selalu berdiri di pihak-Nya.

Dengan kesadaran ini, kita dipanggil untuk dapat menghargai diri kita sendiri secara pantas. Inilah yang menjadi langkah awal kita untuk mengasihi diri kita sendiri secara benar, seperti yang dikehendaki Tuhan. Dengan mengasihi diri sendiri secara benar, kita pun dapat mengasihi sesama dengan benar pula. Bagaimana mungkin kita mengasihi diri kita sendiri, kalau kita tidak menyadari betapa berharga dirinya sendiri tersebut? Keberhargaan diri manusia terbukti dengan kesediaan Bapa mengorbankan Putra-Nya untuk menyelamatkan kita. Ia sangat merindukan atau mengingini kita; itulah sebabnya dalam Yak. 4:5 dikatakan, “Bukan tanpa alasan kalau Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu.” Kata diingini di sini dalam teks aslinya berakar kata ἐπιποθέω (epipothéō) yang artinya hasrat yang sangat kuat atau nafsu.


Sungguh, ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Dengan pemahaman ini maka kita akan memiliki dimensi pandangan hidup yang sangat berbeda dengan sebelum kita mengerti hal ini. Sampai pada penerimaan dan penghayatan di level tertentu, kita tidak akan terikat dengan harta dunia dan tidak akan mudah jatuh dalam dosa pelanggaran terhadap kehendak Allah. Dengan menyadari kondisi manusia yang dahsyat ini—bahwa kita adalah keturunan Allah—tidak heran bila Allah mengingini manusia untuk mengerti kehendak Allah: apa yang baik, yang dikenan-Nya dan yang sempurna. Inilah sebenarnya maksud semula Allah menciptakan manusia. Tuhan Yesus menyelamatkan kita untuk memulihkan rancangan ini.


Kita benar-benar adalah keturunan Allah, maka hendaklah kita melayani Bapa kita dengan benar.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Adam Kedua


Renungan Harian Virtue Notes, 3 April 2012
Adam Kedua


Bacaan: 1 Korintus 15:45

15:45 Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.



Keyakinan bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Tunggal Bapa yang datang ke dunia untuk menyelesaikan masalah dosa manusia adalah kunci penting dalam kehidupan iman Kristen. Hanya nama Tuhan Yesus yang diberikan kepada manusia sehingga manusia beroleh keselamatan (Kis 4:12). Hanya ada satu jalan untuk memperoleh keselamatan. Inilah yang membangkitkan kemarahan dan penolakan agama lain sebab mereka tidak bisa menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat. Dengan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat, maka semua doktrin dan pengajaran menjadi gugur. Inilah yang menjadi keberatan pemimpin-pemimpin agama Yahudi yang merasa dengan kesalehan mereka, mereka bisa menyelesaikan masalah dosa mereka. Keberagamaan mereka menjadi tidak laku kalau orang-orang menerima Tuhan Yesus sebagai satu-satunya cara menyelesaikan masalah dosa.




Selanjutnya lebih sulit lagi kalau menerima Yesus Kristus sebagai Anak Allah, sebab menurut keyakinan mereka Allah tidak mungkin memiliki anak. Menjadikan manusia sejajar dengan Allah, dianggapnya dosa paling besar yaitu menghujat Allah. Mereka mempersoalkan, kalau Allah memiliki anak siapa istri-Nya? Padahal ternyata dalam perkembangan ilmu pengetahuan pengembangbiakkan tidak harus melalui hubungan dua jenis kelamin. Kloning bisa menjadi sarana penggandaan suatu entitas. Suatu hal yang tidak sulit kalau Allah mengkloning diri-Nya sehingga lahirlah pribadi lain (Maz 2:7; Kis 13:33). Sama seperti penciptaan manusia, Allah menciptakan manusia dengan melahirkannya melalui hembusan nafas-Nya (Kej 2:7). Sehingga bisa dikatakan bahwa manusia dilahirkan oleh Allah. Manusia adalah keturunan Allah (Kis 17:28-29). Yesus Kristus adalah Anak Tunggal Bapa yang sudah ada sebelum dunia dijadikan.



Tuhan Yesus Kristus datang ke dunia dikarenakan Adam gagal sebagai Juru Selamat manusia. Sebab seandainya Adam tidak gagal, tidak jatuh dalam dosa maka Anak Tunggal Bapa tidak perlu turun ke dunia. Adamlah yang akan mengajar keturunannya mengenai kebenaran dan Adam juga yang akan menjadi teladan kehidupan yang harus diikuti oleh semua keturunannya. Sekaligus dengan ketaatan Adam maka iblis bisa dibuktikan bahwa ia bersalah dan patut dihukum. Tetapi peta sejarah kehidupan telah berubah. Anak Tunggal Bapa yang harus turun ke dunia sebagai Penebus dan Juru Selamat. Dan Dia telah menyelesaikan tugas ke-Mesiasan-Nya dengan sempurna. Sudah genap.


Allah mengutus anak-Nya yang tunggal agar kita mengikuti teladan-Nya.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 

Read more
0

Ketaatan


Renungan Harian Virtue Notes, 2 April 2012
Ketaatan


Bacaan: Ibrani 5:7-9

5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
5:8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
5:9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,


Kalau selama ini kita memahami darah Yesus yang berkuasa, salib sebagai puncak karya keselamatan dan kebangkitan Tuhan Yesus sebagai bukti kemenangan-Nya atas maut, kita terpaku pada “kuasa Allah yang luar biasa” yang membuat semua itu terjadi. Sebenarnya dibalik semua karya Allah tersebut ada satu kata penting yang menjadi kuncinya. Kata itu adalah “ketaatan” Tuhan Yesus Kristus kepada Bapa. Iblis tidak takut darah Yesus sebelum Ia mentaati Bapa sampai mati di kayu salib. Karena ketaatan-Nya kepada Bapa, maka darah Yesus bisa mengusir iblis dari lingkungan para malaikat di Sorga (Wah 12:9-11). Salib tidak ada artinya kalau Tuhan Yesus tidak taat kepada Bapa, dan tidak akan ada kebangkitan dengan kesalehan atau kesucian yang memenuhi standar Allah. Jadi, disini yang membuat Ia berhasil menyelesaikan tugas-Nya adalah ketaatan-Nya dan sikap hormat-Nya secara pantas kepada Bapa. Harus dipahami bahwa bukan karena Tuhan Yesus adalah Anak Allah, maka Bapa memberikan kemenangan dengan memberikan kemampuan-kemampuan ekstra. Dalam segala hal Ia disamakan dengan manusia (Ibr 2:17).


Jika tidak demikian, maka kemenangan Tuhan Yesus bukanlah kemenangan yang adil tetapi kemenangan yang tidak adil. Dan itu berarti Ia tidak bisa mengklaim bahwa kemenangan-Nya adalah kemenangan dari perjuangan-Nya sendiri. Alkitab menulis bahwa sekalipun Ia Allah Anak tetapi Ia belajar taat kepada Bapa dari apa yang diderita-Nya (Ibr 5:8-9). Dalam Ibrani 5:7 dikatakan bahwa dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan. Tuhan Yesus memohon kepada Bapa agar Ia dapat dihindarkan dari maut atau bisa dibangkitkan.


Alkitab mencatat, karena kesalehan-Nya doa-Nya didengar atau dikabulkan. Dikabulkannya doa Tuhan Yesus bukan karena Ia adalah Anak Allah (Ibr 5:8-9), tetapi karena Ia saleh atau taat kepada Bapa di Sorga. Ini sebuah pertaruhan yang luar biasa. Kalau Tuhan Yesus tidak taat, maka Ia tidak akan dibangkitkan. Kalau Ia tidak dibangkitkan berarti Ia menjadi milik kerajaan kegelapan. Tetapi akhirnya setelah perjuangan-Nya Tuhan Yesus menang. Kemenangan-Nya adalah juga kemenangan Sorga dan dunia, Kemenangan-Nya adalah keselamatan Sorga dan dunia, sebab dengan kemenangan-Nya segala kuasa di Sorga dan di bumi dalam tangan Tuhan Yesus.



Ketaatan kepada Bapa adalah kunci dari kemenangan.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Taman Perjuangan Dan Taman Harapan


Renungan Harian Virtue Notes, 1 April 2012
Taman Perjuangan Dan Taman Harapan


Bacaan: 2 Korintus 11:1-4

11:1 Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku!
11:2 Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
11:3 Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
11:4 Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.


Selama ini hampir semua orang beragama yang percaya akan kisah Adam dan Hawa beranggapan bahwa taman Eden dimana mereka pertama kali ditempatkan Allah adalah taman yang nyaman sekali tanpa masalah. Hidup mereka bergulir tanpa perjuangan. Itulah surga manusia. Pemikiran ini muncul karena yang dibayangkan adalah taman yang penuh dengan buah-buahan yang segar, bunga-bunga yang bermekaran dan wangi, air gemericik yang bersih untuk diminum tanpa di filter, semua binatang yang tidak membahayakan sebagai teman dan lain sebagainya. Pandangan ini sebenarnya salah atau tidak tepat. Sejatinya, di taman itu bukan hanya ada keindahan seperti yang digambarkan diatas, tetapi manusia juga diperhadapkan pada pergumulan dalam perjuangan menyelamatkan dirinya dan keturunannya melawan suatu kuasa yang sangat jahat

.

Ternyata Adam di tempatkan di suatu tempat, dimana ia harus berhadapan dengan iblis, ular tua. Manusia harus menentukan nasib dirinya dan keadaan semua keturunannya, bahkan nasib bumi ini. Di taman itu manusia harus mengemban tugas besar dari Bapa. Tugas besar itu adalah membuktikan bahwa iblis bersalah dan patut dihukum. Dengan cara bagaimana manusia membuktikan bahwa iblis bersalah kepada Bapa dan patut dihukum? Dengan pembuktian dalam bentuk cara hidup Adam yang mentaati Bapa dan menghormati Bapa sepantasnya, itulah yang sama dengan memuliakan Bapa. Dengan kehidupan Adam yang benar, maka terbukti bahwa yang pernah dilakukan oleh iblis salah. Dengan demikian, sebenarnya Eden adalah taman perjuangan, dimana manusia harus bergumul melawan kuasa jahat. Manusia belum bisa hidup nyaman selama oknum jahat itu belum dihukum. Taman Eden juga adalah taman harapan artinya diharapkan taman itu tidak ada lagi “oknum jahat” yang berusaha menjatuhkan manusia.




Kalau manusia menang terhadap iblis dengan ketaatan kepada Bapa maka manusia bisa berkata bahwa segala kuasa di bumi ada dalam tangan manusia. Jika demikian barulah taman tersebut menjadi taman yang benar-benar indah tanpa masalah. Tetapi dalam perjalanan sejarah manusia ternyata manusia jatuh dalam dosa, manusia kalah. Tuhan Yesuslah yang tampil dan mengalahkan iblis dengan ketaatan-Nya. Tuhan Yesuslah yang mengatakan segala kuasa di Surga dan di bumi dalam tangan-Nya (Mat 28:18-20). Bumi ini akhirnya akan menjadi lautan api dan umat pilihan di tempatkan di taman yang lain (langit baru dan bumi yang baru).



Taman yang dipersiapkan untuk kita bukanlah Eden yang pertama, tetapi sebuah taman di langit baru bumi baru


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger