RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

Belajar Teologi Itu Berbahaya?

Renungan Harian Virtue Notes, 28 Juli 2010
Belajar Teologi Itu Berbahaya?


Bacaan : Matius 28 : 16-20


28:16. Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah Rata Penuh
ditunjukkan Yesus kepada mereka.
28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."


Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa belajar teologi itu hanya menggunakan pikiran atau logika saja, sehingga hatinya tidak tergarap. Mereka berpikir belajar teologi itu membahayakan bagi pembentukan sikap hati. Bahkan ada sementara orang yang memberikan konotasi negatif terhadap teologi itu sendiri, dengan mengkaitkan teologi sebagai ajaran yang “sedikit menyimpang dari kebenaran Alkitab”, “hanya menggunakan otak saja”, dan lain-lain. Mereka juga lantas berucap bahwa belajar teologi membuat seseorang menjadi sombong rohani seperti orang Farisi. Tentu saja semua itu pandangan yang picik dan salah. Mereka yang memberikan tuduhan itu sendiri tanpa sadar juga sedang berteologi. Bukankah kalau seseorang berkata “ALLAH itu begini”, “ALLAH itu begitu”, ia telah berteologi? Semua orang bisa berteologi, dan memang berhak untuk itu, tetapi jika tidak memiliki dasar berteologi yang sehat, kuat dan murni, maka itu bisa sangat berbahaya.

Banyak orang yang melontarkan kritikan terhadap orang-orang yang belajar di seminari atau sekolah tinggi teologia tidak sadar bahwa mereka sendiri berteologi dan beroperasi di lingkungan pelayanan dan mengajar jemaat dengan teologinya sendiri. Beberapa dari mereka menjadi pengkhotbah kaum awam dengan tidak dibekali dasar teologi yang memadai. Namun jemaat menganggap mereka imam dan guru, menghormati dan memercayai mereka. Sekalipun ajarannya tidak berdasarkan penafsiran yang semestinya atas Alkitab, jemaat mudah menerimanya.

Janganlah kita berprasangka buruk kepada para pendeta dan teolog yang memang menekuni bidangnya. Kritikan yang menghancurkan kepercayaan dan penghormatan jemaat kepada pendeta khususnya dan jabatan-jabatan gereja pada umumnya berbahaya untuk perkembangan gereja pada masa yang akan datang. Tanpa disadari, jemaat bisa kehilangan kepercayaan terhadap hamba-hamba TUHAN yang memang berhak dan mampu mengajar dengan benar, termasuk mengajar di sekolah-sekolah teologi, juga terhadap orang-orang yang bergumul di dalamnya yang memang diberi talenta oleh TUHAN untuk menjadi pemandu jemaat mengenal Alkitab dan kebenaran-NYA.

Oleh sebab itu kita semua harus belajar teologi. Meskipun demikian, untuk itu seseorang tidak harus masuk sekolah tinggi teologi, tetapi tekun giat menggali kebenaran Firman TUHAN melalui berbagai sarana. Rajinlah menggali Alkitab, membaca buku-buku rohani yang bermutu, dan mendengarkan khotbah-khotbah yang menyampaikan Firman yang murni, maka teologi kita akan sehat dan murni. Begitu pula untuk para hamba TUHAN di gereja, diharapkan menjadi alat TUHAN yang efektif untuk menyampaikan kebenaran Firman TUHAN yang murni, menjadi sahabat jemaat dalam memberikan pemahaman-pemahaman yang sehat akan Firman TUHAN.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger