Renungan Harian Virtue Notes, 25 Juli 2010
Apakah Kebaikan Itu?
Bacaan : Kejadian 1 : 28; 2 : 15–17
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
2:16. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Ketika orang berbicara mengenai kebaikan, sulitlah untuk membuat ukurannya. Apa ukuran kebaikan itu? Biasanya, yang disebut kebaikan adalah melakukan hukum atau peraturan-peraturan yang disepakati, dipercayai dan disetujui bersama. Bila demikian, berarti kebaikan itu bisa relatif, artinya sesuai dengan konsep hukum yang disetujui dan diakui sebagai hukum yang baik. Suatu komunitas bisa mengatakan bahwa suatu tindakan itu buruk atau salah, tetapi komunitas lain bisa berkata tidak, tergantung pada konsep mereka masing-masing mengenai kebaikan itu. Jadi kebaikan tergantung pada subjeknya, bersifat sangat subjektif. Dalam hal ini sebagai anak TUHAN kita tidak bisa mengukur orang lain dengan ukuran kita, yaitu hukum kasih yang sempurna yang TUHAN kehendaki untuk kita lakukan; sebab kebaikan mutlak itu hanya bisa dilakukan oleh orang percaya yang menerima karunia kuasa untuk hidup sebagai anak-anak ALLAH.
Ketika TUHAN menciptakan Adam dan Hawa, para manusia pertama itu tidak diajar untuk melakukan suatu kebaikan, kecuali melakukan kehendak TUHAN yaitu mengelola bumi yang TUHAN ciptakan (Kej. 1:28; 2:15) dan tidak makan buah terlarang yaitu buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kej. 2:16). TUHAN tidak membuat hukum-hukum atau syariat-syariat, sebab itu tidak dibutuhkan. Manusia dalam dirinya memiliki kemampuan untuk mengerti kehendak TUHAN dan melakukannya dengan sempurna, tetapi ketika jatuh ke dalam dosa, manusia tidak mampu melakukan kebaikan yang mutlak; artinya tidak mengerti apa yang TUHAN kehendaki untuk dilakukan, manusia hidup hanya untuk menuruti hasrat dirinya sendiri. Jadi, kejatuhan manusia ke dalam dosa itu pada prinsipnya membuat manusia tidak dapat lagi mengerti kehendak TUHAN. Manusia tidak mampu memahami pikiran dan perasaan TUHAN, apalagi melakukan apa yang diinginkan TUHAN untuk dilakukan.
Akibat kejatuhan ke dalam dosa ini juga dapat dikatakan sebagai kerusakan. Artinya, manusia tidak mampu melakukan kehendak TUHAN yang ideal, sebab mereka tidak tahu apa kehendak TUHAN yang ideal itu. Setelah kita menerima anugerah keselamatan melalui TUHAN Yesus lah kita dipulihkan, sehingga kita disanggupkan untuk menerima perintah TUHAN Yesus, bahwa kita harus sempurna, sebab BAPA kita di Surga adalah sempurna (Mat. 5:48). Itulah kebaikan mutlak yang harus dikejar oleh setiap umat Perjanjian Baru, yaitu melakukan kehendak TUHAN: apa yang baik, yang berkenan kepada ALLAH, dan yang sempurna (Rm. 12:2).
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Apakah Kebaikan Itu?
Bacaan : Kejadian 1 : 28; 2 : 15–17
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
2:16. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Ketika orang berbicara mengenai kebaikan, sulitlah untuk membuat ukurannya. Apa ukuran kebaikan itu? Biasanya, yang disebut kebaikan adalah melakukan hukum atau peraturan-peraturan yang disepakati, dipercayai dan disetujui bersama. Bila demikian, berarti kebaikan itu bisa relatif, artinya sesuai dengan konsep hukum yang disetujui dan diakui sebagai hukum yang baik. Suatu komunitas bisa mengatakan bahwa suatu tindakan itu buruk atau salah, tetapi komunitas lain bisa berkata tidak, tergantung pada konsep mereka masing-masing mengenai kebaikan itu. Jadi kebaikan tergantung pada subjeknya, bersifat sangat subjektif. Dalam hal ini sebagai anak TUHAN kita tidak bisa mengukur orang lain dengan ukuran kita, yaitu hukum kasih yang sempurna yang TUHAN kehendaki untuk kita lakukan; sebab kebaikan mutlak itu hanya bisa dilakukan oleh orang percaya yang menerima karunia kuasa untuk hidup sebagai anak-anak ALLAH.
Ketika TUHAN menciptakan Adam dan Hawa, para manusia pertama itu tidak diajar untuk melakukan suatu kebaikan, kecuali melakukan kehendak TUHAN yaitu mengelola bumi yang TUHAN ciptakan (Kej. 1:28; 2:15) dan tidak makan buah terlarang yaitu buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kej. 2:16). TUHAN tidak membuat hukum-hukum atau syariat-syariat, sebab itu tidak dibutuhkan. Manusia dalam dirinya memiliki kemampuan untuk mengerti kehendak TUHAN dan melakukannya dengan sempurna, tetapi ketika jatuh ke dalam dosa, manusia tidak mampu melakukan kebaikan yang mutlak; artinya tidak mengerti apa yang TUHAN kehendaki untuk dilakukan, manusia hidup hanya untuk menuruti hasrat dirinya sendiri. Jadi, kejatuhan manusia ke dalam dosa itu pada prinsipnya membuat manusia tidak dapat lagi mengerti kehendak TUHAN. Manusia tidak mampu memahami pikiran dan perasaan TUHAN, apalagi melakukan apa yang diinginkan TUHAN untuk dilakukan.
Akibat kejatuhan ke dalam dosa ini juga dapat dikatakan sebagai kerusakan. Artinya, manusia tidak mampu melakukan kehendak TUHAN yang ideal, sebab mereka tidak tahu apa kehendak TUHAN yang ideal itu. Setelah kita menerima anugerah keselamatan melalui TUHAN Yesus lah kita dipulihkan, sehingga kita disanggupkan untuk menerima perintah TUHAN Yesus, bahwa kita harus sempurna, sebab BAPA kita di Surga adalah sempurna (Mat. 5:48). Itulah kebaikan mutlak yang harus dikejar oleh setiap umat Perjanjian Baru, yaitu melakukan kehendak TUHAN: apa yang baik, yang berkenan kepada ALLAH, dan yang sempurna (Rm. 12:2).
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar