Renungan Harian Virtue Notes, 31 Juli 2010
Why Not The Best?
Bacaan : 2 Korintus 5:11–21
5:11 Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang. Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu.
5:12. Dengan ini kami tidak berusaha memuji-muji diri kami sekali lagi kepada kamu, tetapi kami mau memberi kesempatan kepada kamu untuk memegahkan kami, supaya kamu dapat menghadapi orang-orang yang bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah.
5:13 Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu.
5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.
5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
5:16. Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.
5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
5:18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Karena TUHAN telah memberikan dirinya sendiri, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memberi yang terbaik bagi TUHAN. Masalahnya adalah, apakah yang terbaik itu? Yang terbaik bukan diukur dari jumlah pemberian atau persembahan. Dalam ay. 14–15, dinyatakan bahwa tidak ada persembahan yang dikatakan terbaik, kecuali semuanya harus dipersembahkan, artinya kita sudah mati, tidak ada yang tersisa pada kita. Bukan diukur pada jumlah yang diberikan, tetapi sisa yang masih di simpan untuk diri kita sendiri. Yang terbaik menyangkut sikap hati, artinya yang kita persembahkan bagi TUHAN diukur dari hati kita. Hati ini diukur dari perkenanan TUHAN atas apa pun yang kita lakukan (harus ada dalam pemerintahan TUHAN). Hati juga diukur dari kecintaan kita kepada TUHAN.
Persembahan yang terbaik kepada TUHAN adalah sikap mengembalikan kepada-NYA, bukan memancing berkat TUHAN. ALLAH menghendaki kita memberi apa yang terbaik bagi-NYA. Hal ini jelas dapat kita mengerti, sebab seharusnya DIA yang Tertinggi memang layak menerima persembahan yang terbaik. Kesediaan kita memberi yang terbaik bagi TUHAN adalah ciri kedewasaan kita dan kecintaan kita kepada TUHAN. Pemberian tanpa kerelaan pastilah pemberian palsu.
Yang terbaik juga menyangkut waktu yang tepat untuk berbuat bagi TUHAN. Persembahan yang bukan pada waktunya bisa tidak berarti. Pada waktu kita diberi kesempatan untuk mencari TUHAN dan bertobat, maka haruslah kita gunakan kesempatan ini sebaik mungkin. TUHAN Yesus mengatakan, “Bekerjalah selagi hari siang” (Yoh. 9:4). Kita harus mulai saat ini, sebab kesempatan yang diberikan TUHAN bisa berlalu dan kita kehilangan kesempatan selama-lamanya. Jangan berpikir bahwa kesempatan bisa diatur dan ditentukan oleh diri sendiri, sebab kesempatan hari ini tidak bisa ditukar dengan kesempatan hari esok. Kesempatan hari ini adalah untuk hari ini, besok bisa lain ceritanya. Maka apakah kesempatan tersebut menjadi berkat ataupun kutuk, menjadi bagian kita untuk mengarahkan pilihan kita.
Maka sebagai orang-orang yang sudah ditebus oleh-NYA, mengapa kita masih tidak mau memberikan yang terbaik? Dengan menghargai anugerah keselamatan-NYA, tidak mungkin kita tidak memberikan yang terbaik. Sekarang saatnya kita berkata dengan tulus kepada TUHAN, “Berbicaralah TUHAN, hamba-MU mendengar”.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.