Renungan Harian Virtue Notes, 18 Februari 2012
Tidak Bisa Menopang
Bacaan: Lukas 16:9
16:9 Dan Aku berkata kepadamu:
Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur,
supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di
dalam kemah abadi."
Di pembaringan terakhir sebelum kita
menemui ajal, kita mengalami situasi saat tak seorang pun dapat menemani
kita. Pasangan hidup, orang tua, teman terdekat atau siapa pun tidak bisamendampingi.
Ruangan sekitar kita akan terasa begitu sepi. Ruangan hati kita pun terasa
kosong sekali.
Akankah saat itu dalam ruangan hati kita ada Tuhan Yesus yang
selama ini memang sudah menempatinya dengan nyaman? Dengan nyaman artinya tidak ada
yang menempatinya selain Dia, sebab sabda-Nya, kita tidak bisa mengabdi
kepada dua tuan (Mat. 6:24). Kalau tidak nyaman, berarti Ia tidak ada
di sana. Tuhan Yesus menginginkan ruangan hati kita itu menjadi ruangan
pribadi-Nya. Jika tidak, Ia tidak sudi menempatinya.
Di pembaringan terakhir, apa yang bisa menopang kita
untuk menemui kematian yang sudah di ambang pintu? Kekayaan, gelar,
pangkat, popularitas, kecantikan, kekuatan fisik pun tidak bisamenopang.
Apa yang kita butuhkan? Makan minum, perhiasan, rumah, mobil? Tidak, itu
semuatidak kita butuhkan. Kita baru melihat fakta benarlah apa yang
dikatakan Tuhan Yesus, bahwa hidup manusia tidaklah tergantung dari kekayaannya
(Luk. 12:15). Benarlah bahwa memang semua yang selama ini kita kejar adalah
Mamon yang tidak jujur, artinya tidak bisa dipercayai.
Mamon itu tipuan belaka, tidak bisa menopang kita.
Apa pun yang selama ini kita banggakan mendadak menjadi tidak berharga
lagi. Uang yang kita cari setiap hari dan setiap bulan, benar-benar tidak berharga.
Tempat tinggal kita yang mungkin bak istana benar-benar bukan rumah kita.
Perhiasan yang biasanya membuat kita pede, kilaunya tidak lagi
menggairahkan. Semua terlepas dari genggaman dengan kejam dan tidak setia.
Kalaubisa berbicara, mereka berkata, “Maaf, ini bukan wilayah kami”.
Sebelum kita menemui kenyataan itu, marilah kita belajar
bergumul mulai hari ini juga, bagaimana kita bisa menghadapinya.
Sebab mau ataupun tidak, setiap kita akan menghadapi pembaringan terakhir.
Mudah mengatakan bahwa kita siap menghadap Bapa, namun di pembaringan terakhir,
barulah kita tahu bahwa selama ini kita belum siap.
Bagaimana agar kita siap? Karena harta benda tidak bisa menopang kita,
kita harus belajar melepaskannya mulai sekarang dari hati kita. Jadikan hati
kita takhta Kristus. Ia harus sungguh-sungguh menjadi Raja dalam segenap
kehidupan kita. Ialah satu-satunya yang dapat menopangkita saat menghadap
Bapa.
Hati kita harus menjadi takhta
Kristus, agar kita siap menghadap Bapa.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar