Renungan Harian Virtue Notes, 3 Pebruari 2012
Menemukan Dunianya Sendiri
Bacaan: Lukas 13:34
13:34 Yerusalem,
Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang
yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama
seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya,
tetapi kamu tidak mau.
Nuh pada jamannya pasti dianggap
seakan-akan seorang “autis” yang asyik dengan dunianya sendiri. Autisme
maksudnya adalah gangguan perkembangan mental pada seseorang yang berakibat
tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginan,
sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu. Nuh tidak dimengerti
oleh orang-orang di zamannya; ia pun tentu frustrasi, tidak bisa memahami
kebodohan mereka. Tetapi walaupun tidak diterima oleh orang-orang sekitarnya,
Nuh tetap teguh berdiri pada integritasnya.
Nuh telah menemukan
dunianya sendiri, dunia yang Tuhan berikan untuk dijalaninya. Kehidupan seperti ini adalah
kehidupan orang yang berjalan dengan Tuhan. Perintah Tuhan
untuk membuat bahtera telah merenggut kehidupan Nuh. Ia kehilangan hidup wajar
seperti yang dijalani orang pada umumnya, yang mestinya dijalaninya kalau saja
Tuhan tidak memerintahkannya untuk membangun bahtera. Tetapi ia mau menjalani
dunia yang diberikan Tuhan itu, sebab itulah cara satu-satunya untuk menggenapi
rencana Allah dan menyelamatkan diri dari penghukuman Tuhan. Nuh harus membayar
ketaatannya dengan harga itu. Dalam perjalanan hidupnya, bisa saja Nuh
mengalami keraguan terhadap Tuhan dengan perintah yang tidak masuk akal itu.
Tetapi hingga akhirnya Nuh taat dan setia sampai rencana Allah digenapi;
dirinya dan keluarganya selamat.
Hal ini mirip dengan apa
yang terjadi pada pelayanan Tuhan Yesus. Ia meratapi Yerusalem dan berkata,
“Yerusalem, Yerusalem… Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama
seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu
tidak mau.” Sebagian besar orang Yahudi telah menolak Anak Allah. Hanya
segelintir orang yang mau mengikut Dia; segelintir orang itu adalah
murid-murid-Nya.
Di zamannya, murid-murid
Tuhan Yesus dianggap bodoh. Fanatismenya mereka terhadap Tuhan Yesus dianggap
keterlaluan. Tetapi seperti Nuh, murid-murid Tuhan Yesus telah menemukan
dunianya sendiri. Mereka pun tetap setia. Tuhan Yesus pernah menguji agar
mereka meninggalkan diri-Nya seperti orang banyak meninggalkan Dia, tetapi
murid-murid tetap pada pendiriannya (Yoh. 6:67–68). Hari ini mereka sudah ada
di tempat di mana Tuhan Yesus menyediakan Firdaus, kebahagiaan yang tiada
taranya. Ternyata penderitaan yang mereka alami tidaklah sebanding dengan
kemuliaan yang mereka terima (Rm. 8:18).
Sebagai pengikut Yesus, sudahkah kita menemukan
dunia yang diberikan Tuhan untuk kita jalani?
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar