Renungan Harian Virtue Notes, 19 Februari 2012
Bukan Sekedar Yakin Tetapi Tahu
Bacaan: Ibrani 6:11
6:11 Tetapi
kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk
menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya,
Seperti apakah perasaan
kita nanti saat berada di pembaringan terakhir? Keadaan seperti itu sulitlah
untuk bisa kita bayangkan sekarang, sebab haruslah dialami langsung baru kita
mengerti. Pikiran dan perasaan kita belum mampu membayangkan situasi itu. Tetapi
yang jelas, situasi tersebut benar-benar mengerikan bila kita tidak
siap untuk melepaskan nyawa. Tidak siap melepaskan nyawa artinya tidak
memiliki kepastian keselamatan.
Kepastian keselamatan bukan hanya keyakinan bahwa kita
akan diterima di kemah abadi Tuhan, melainkan memiliki pengalaman hidup bersama
dengan Tuhan, bahwa kita telah mempertaruhkan hidup ini untuk berusaha
memperoleh perkenan-an Tuhan dan melayani-Nya tanpa batas. Jika demikian, tak
diragukan bahwa kita akan diterima-Nya sebagai sahabat-Nya.
Maka janganlah kita tertipu oleh
ajaran atau doktrin yang mengajarkan bahwa cukup dengan memeluk agama Kristen,
meyakini keselamatan kita dan percaya sepenuhnya bahwa kalau mati akan masuk
surga, otomatis kita pasti masuk surga. Sepintas sepertinya ini mulia,
padahal tidak. Ini menunjukkan bahwa seakan-akan kekuatan pikiran, keyakinan
pikiran atau pengaminan akali belaka dapat menyelamatkan seseorang. Tidak ada
bedanya dengan ajaran New Age.
Begitu mudahkan keselamatan itu? Dalam berbagai bagian dalam
Alkitab dinyatakan bahwa keselamatan itu harus diperjuangkan (Flp. 2:12; Luk.
13:24 dan sebagainya). Berarti percaya yang benar bukan hanya
dengan pikiran atau akal manusia, melainkan harus dibuktikan dengan respons
berupa tindakan konkret.
Kalau saya mengunjungi rumah seorang sahabat dan dihidangkan
segelas air, maka saya akan meminumnya tanpa sangsi. Kalau saya ditanya,
“Yakinkah Saudara bahwa air yang Saudara minum itu tidak mencelakai Saudara?”
Saya akan menjawab, “Saya bukan sekadar yakin, tetapi saya tahu.
Saya sudah mengenal sahabat saya ini lebih dari dua puluh tahun. Tidak mungkin
ia meracuni saya. Lagipula saya sudah sering datang ke rumah ini dan minum
airnya. Saya tidak pernah celaka.”
Jadi jelas bahwa keselamatan haruslah lebih dari sebuah
keyakinan pikiran. Kepastian keselamatan diperoleh dari pengalaman hidup
konkret, dengan mengisi hari-hari hidup kita untuk mengenal Tuhan dan melakukan
kehendak-Nya. Melalui pengalaman yang nyata dengan Tuhan, sama sekali tidak ada
keraguan akan kehadiran-Nya. Saat di pembaringan terakhir, kita tidak perlu
berusaha untuk mempercayai Tuhan, sebab kita sudah sangat percaya; kita tahu.
Kepastian keselamatan diperoleh dari
pengalaman hidup konkret, dengan mengisi
hari-hari hidup kita untuk mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar