Renungan Harian Virtue Notes, 20 Februari 2012
Momentum Yang Dahsyat
Bacaan: Matius 10:28
10:28 Janganlah takut kepada mereka yang membunuh badan, tetapi tidak berkuasa
membunuh jiwa. Takutlah kepada Allah yang berkuasa membinasakan baik badan
maupun jiwa di dalam neraka.
Dalam kehidupan kita
sesungguhnya tidak ada situasi yang lebih dahsyat daripada pembaringan terakhir
sebelum kita menutup mata. Tidak ada pengalaman di bumi ini yang lebih
menggetarkan daripada pengalaman manakala kita hendak melepaskan nyawa.
Momentum transisi dari kefanaan menuju kekekalan itu amat dahsyat, sehingga
tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Ini bukan sesuatu yang hendak
dilebih-lebihkan, tetapi memang karena begitu dahsyatnya momentum tersebut, kita
tidak boleh main-main dalam hidup ini berkenaan dengan pertaruhan menentukan
nasib kekal kita.
Kalau kita gagal dalam studi sehingga tinggal kelas, kita
menyesal selama setahun. Kalau kita gagal dalam bisnis sehingga jatuh miskin,
kita menyesal selama sepuluh tahun. Kalau kita gagal dalam rumah tangga, kita
menyesal selama lima puluh tahun. Namun kalau kita gagal dalam persiapan nasib
kekal kita, kita menyesal selama-lamanya. Jelaslah di perbatasan itu, manakala
kita hendak bersentuhan dengan kekekalan, kita harus siap; bila tidak,
kengerian dan ketakutanlah yang berkecamuk.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata agar kita tidak takut
terhadap apa pun yang hanya bisa membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa membuang
ke dalam api kekal. Yang harus kita takuti ialah Dia yang bukan hanya berkuasa
membunuh tubuh, tetapi berkuasa membuang jiwa ke neraka. Itulah sebabnya kita
harus mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Kalau tidak dicari dengan sungguh-sungguh, memang Kerajaan itu tidak
kita temukan. Kerajaan kegelapanlah yang menanti.
Berbagai penyesalan akan timbul saat di pembaringan terakhir
nanti: “Mengapa saya begitu workaholik, sehingga tidak ada waktu untuk belajar
Firman Tuhan?”, “Mengapa saya beralasan ‘Jauh, macet, banjir, capek’ saat
diajak datang ke Pendalaman Alkitab?”, “Mengapa saya lebih mementingkan hobi
daripada mendengarkan khotbah?”, “Mengapa saya lebih memilih untuk tidak
ketinggalan sinetron dibandingkan membaca tulisan-tulisan yang membangun iman
saya?”, “Mengapa saya begitu perhitungan untuk berkorban harta bagi pekerjaan Tuhan?”,
“Mengapa saya begitu sombong, rakus, egois, tidak menghargai sesama, tidak
mengampuni?”
Sebelum terlambat, marilah kita bertobat sekarang juga. Jangan
tunggu lagi, sebab momentum transisi yang dahsyat itu pasti kita alami. Sesal
kemudian tiada berguna, apalagi penyesalan kekal akibat kesalahan dalam hidup
kita, mendahulukan dunia dan mengabaikan keselamatan kita.
Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya
harus dicari dengan sungguh-sungguh, agar kita
tidak menyesal kelak.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar