Renungan Harian Virtue Notes, 1 Pebruari 2012
Pemberita Kebenaran
Bacaan: 2 Petrus 2:5
2:5 dan jikalau Allah tidak
menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita
kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air
bah atas dunia orang-orang yang fasik;
Alkitab
menunjukkan bahwa
Nuh adalah pemberita kebenaran. Perhatikan kata pemberita kebenaran dikaiosýnes
kéryka dalam teks tersebut. Sungguh sangat menarik, bahwa Nuh bukan hanya
mengingatkan bahwa air bah akan melanda bumi dan mengajak orang-orang untuk naik
bahtera, tetapi juga menyerukan kebenaran. Ini dimaksudkannya agar mereka
bertobat dari jalan-jalan mereka yang salah. Barangkali inilah yang tidak
disukai oleh orang-orang pada zaman itu. Kalau Nuh hanya sibuk sendiri membuat
bahtera, itu bukan masalah besar; toh masing-masing orang memiliki urusannya
sendiri. Tetapi kalau Nuh sudah mulai memberitakan akan adanya air bah, berarti
Nuh mengancam mereka. Apalagi saat Nuh mulai memberitakan kebenaran, berarti
kejahatan mereka ditelanjangi. Itu tentu mengganggu ketenangan mereka.
Fenomena ini memberi
pelajaran yang sangat berharga kepada kita. Banyak orang yang ingin masuk surga, tetapi tidak ingin
mengubah cara hidupnya. Mereka adalah manusia-manusia yang
tidak bertanggung jawab, termasuk orang-orang Kristen yang menganggap bahwa
Kekristenan adalah jalan yang mudah. Ke surga dianggap sebagai jalan yang
lebar.
Banyak orang Kristen hanya
senang mendengar khotbah yang menunjukkan kebaikan dan kuasa Tuhan yang
menjamin hidup mereka: kehidupan yang lebih baik di bumi ini, kemudian disertai
jaminan masuk surga bagi yang percaya kepada Kristus. Padahal mereka belum
mengerti percaya yang benar itu. Percaya
yang benar adalah menyerahkan segenap hidup kepada Dia yang dipercayai.
Percaya berarti mengubah gaya hidup, sama sekali mencampakkan gaya hidup anak
dunia. Tetapi banyak orang tidak suka kalau mendengar harga yang harus dibayar
untuk menjadi pengikut-Nya, yakni kebenaran Injil yang memenuhi Perjanjian
Baru. Untuk menghindari hal yang dianggap susah ini, maka mereka pun memungut
ayat-ayat Perjanjian Lama untuk secara serampangan ditafsirkan dan dikenakan
dalam hidup orang Kristen, seolah-olah pola hidup umat pilihan Perjanjian Lama
itu sama saja dengan pola hidup umat pilihan Perjanjian Baru. Padahal pola dan
standar hidup kedua umat pilihan tersebut sangat jauh berbeda.
Memang inilah masanya saat
orang mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan
telinganya (2Tim. 4:3). Tetapi seperti Nuh yang tidak gentar menjadi pemberita
kebenaran, semestinya kita pun demikian. Jadilah pemberita kebenaran, terutama
melalui sikap dan perbuatan kita.
Sekalipun dunia membenci kebenaran yang sejati,
kita harus tetap memberitakan kebenaran terutama
melalui sikap dan perbuatan.
0 komentar:
Posting Komentar