Renungan Harian Virtue Notes, 21 Februari 2012
Seandainya Aku Tidak Ada
Bacaan: Mazmur 103:14-16
103:14 Sebab Dia sendiri tahu apa
kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.
103:15 Adapun manusia, hari-harinya
seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia
berbunga;
103:16 apabila angin melintasinya,
maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.
Coba renungkan, seandainya Anda tidak
pernah ada di dunia ini atau dalam kenyataan kehidupan ini. Itu berarti tidak
pernah ada kisah hidup yang sekarang Anda miliki. Itu berarti tidak pernah ada
apa-apa yang bertalian dengan Anda. Apakah dunia dengan segala hukumnya akan
berbeda seandainya Anda tidak ada? Tentu tidak. Dunia tetap seperti hari ini
seandainya kita tidak ada. Ini berarti kita bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa
terhadap dunia dan segala hukum alamnya. Tetapi kalau Anda ada, tentu ada suatu
maksud yang besar yang Tuhan rancang bagi manusia di sekitar Anda. Sebab
haruslah berbeda keadaannya kalau Anda hadir di dunia ini dibandingkan dengan
ketidakhadiran Anda. Pertanyaan yang kemudian harus dimunculkan adalah, apa
artinya diri Anda bagi orang lain?
Tuhan tidak memaksa kita
berbuat sesuatu, sebab itu sangat bertentangan dengan hakikat-Nya. Tetapi Ia
menghendaki apa yang dirancang-Nya dalam hidup kita dapat terwujud.
Rancangan-Nya pasti rancangan yang sempurna bagi kita dan bagi manusia lain.
Kalau kita menyadari hal ini dan memiliki hati yang bijaksana, kita akan mulai
mempersoalkan apa artinya diri kita bagi sesama.
Memang perenungan seperti
ini hanya dilakukan oleh sangat sedikit orang. Kiranya Anda salah satunya.
Selama ini banyak orang hanya memikirkan dirinya sendiri, perasaannya sendiri
dan kepentingan orang-orang yang dikasihinya, terutama yang memiliki hubungan
darah dengan dirinya. Di luar keluarganya sendiri, dianggapnya tidak pantas
menikmati sebagian dari tetesan keringat, darah dan air matanya. Bahkan kadang
remah-remah roti dari meja makannya dianggap tidak perlu diberikan kepada orang
yang membutuhkan makanan guna menyambung nyawanya. Hal ini mirip dengan orang
kaya yang dilukiskan dalam Lukas 16.
Renungkan seandainya Anda
sudah dibaringkan di peti mati. Apa yang telah Anda lakukan di singkatnya hidup
ini? Semua yang telah diperjuangkan harus dilepaskan. Sempatkah menggunakan apa
yang pernah ada di genggaman Anda untuk keselamatan jiwa orang lain? Pernahkah
Anda menggunakan semua yang pernah dipercayakan Tuhan di tangan Anda untuk
menyukakan hati-Nya? Manusia bukanlah makhluk gratis yang diberi kehidupan
hanya untuk dirinya sendiri. Ada seorang Pribadi Agung, yang kepada-Nya kita
harus mempertanggungjawabkan sepenuh perjalanan hidup ini. Kehidupan yang sangat mahal yang
tidak terbeli ini diberikan kepada kita hanya untuk kepentingan Sang Pemberi.
Kalau kita boleh ada di bumi ini, tentu ada suatu
maksud besar yang Tuhan rancang bagi manusia di sekitar kita melalui diri kita.
Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar