Renungan Harian Virtue Notes, 10 Agustus 2010
Tanpa Juklak
Bacaan : Roma 2 : 17–29
2:17. Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah,
2:18 dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak,
2:19 dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan,
2:20 pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran.
2:21 Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri?
2:22 Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala?
2:23 Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu?
2:24 Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain."
2:25 Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.
2:26 Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?
2:27 Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum Taurat, akan menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi yang melanggar hukum Taurat.
2:28 Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah.
2:29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
Dalam Alkitab kita tidak akan dapat menemukan TUHAN memberikan juklak (petunjuk pelaksanaan) atau semacam prosedur operasional dalam pengelolaan bumi ini kepada manusia. Mulai dari kitab Kejadian, kita melihat bahwa TUHAN tidak memberikan petunjuk–petunjuk rinci. Fakta ini mengisyaratkan dengan jelas bahwa manusia telah didesain untuk sanggup melakukan tugas-tugas yang TUHAN percayakan sekalipun tanpa petunjuk rinci, sebab IA telah memberi kemampuan kepada manusia untuk mengerti apa pun yang dikehendaki-NYA untuk dilakukan.
Dari fakta ini kita belajar, betapa hebat manusia yang TUHAN ciptakan itu. Dengan kemampuan yang sangat luar biasa manusia bisa menjadi penguasa bumi ini secara profesional. Tidak heran kalau alam yang luas, dahsyat dan yang menyimpan kekayaan nyaris tanpa batas ini bisa dipercayakan ALLAH kepada manusia. Sayangnya manusia jatuh ke dalam dosa, sehingan tanggung jawab pengelolaan bumi berubah menjadi nafsu mengeksploitasi bumi tanpa henti yang berujung pada kerusakan bumi. Pernah terlintas suatu pertanyaan: Seandainya manusia tidak jatuh ke dalam dosa, namun matahari yang menyinari bumi ini habis energinya, atau bumi yang ditempati manusia ini tidak sanggup lagi menampung jumlah manusia sebab manusia berkembang biak dan tidak ada yang mengalami kematian, bagaimana mengatasi masalah tersebut? Jawabannya sederhana saja, manusia yang cerdas—walaupun tidak sama dengan TUHAN—akan mampu menjangkau planet-planet di luar tata surya kita ini. Sekarang saja manusia yang berdosa bisa mencapai bulan, dan membuat wahana tanpa awak yang bisa keluar dari tata surya kita. Apalagi kalau tidak jatuh ke dalam dosa, pastilah manusia akan mampu menjangkau yang lebih luas dan jauh.
Di sini kita bisa mengerti mengapa manusia tidak dimusnahkan oleh TUHAN, walaupun manusia telah jatuh dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan-NYA. Sebaliknya, IA memberikan hukum dan peraturan agar manusia tetap eksis sampai TUHAN Yesus datang ke dunia, menyelamatkan manusia dan mengembalikan manusia pada rancangan-NYA. Jadi manusia dilestarikan agar manusia dapat masuk ke dalam proyek keselamatan ALLAH melalui Yesus Kristus dan manusia dapat dipersiapkan menjadi manusia baru guna mewarisi langit baru dan bumi baru dengan kecerdasan yang dipulihkan, selain juga moralnya. Dalam kehidupan yang akan datang di langit dan bumi baru nanti, manusia harus mengelola langit dan bumi yang baru yang luasnya tiada batas. Dengan kecerdasan yang TUHAN berikan, manusia akan mampu mengelola alam semesta yang luas ini. Dalam hal ini, hendaknya kita tidak berpikir bahwa Surga adalah tempat dimana manusia berhenti bekerja. Justru Surga adalah tempat manusia dikembalikan kepada kodratnya, yaitu bekerja.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Tanpa Juklak
Bacaan : Roma 2 : 17–29
2:17. Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah,
2:18 dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak,
2:19 dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan,
2:20 pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran.
2:21 Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri?
2:22 Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala?
2:23 Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu?
2:24 Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain."
2:25 Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.
2:26 Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?
2:27 Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum Taurat, akan menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi yang melanggar hukum Taurat.
2:28 Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah.
2:29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
Dalam Alkitab kita tidak akan dapat menemukan TUHAN memberikan juklak (petunjuk pelaksanaan) atau semacam prosedur operasional dalam pengelolaan bumi ini kepada manusia. Mulai dari kitab Kejadian, kita melihat bahwa TUHAN tidak memberikan petunjuk–petunjuk rinci. Fakta ini mengisyaratkan dengan jelas bahwa manusia telah didesain untuk sanggup melakukan tugas-tugas yang TUHAN percayakan sekalipun tanpa petunjuk rinci, sebab IA telah memberi kemampuan kepada manusia untuk mengerti apa pun yang dikehendaki-NYA untuk dilakukan.
Dari fakta ini kita belajar, betapa hebat manusia yang TUHAN ciptakan itu. Dengan kemampuan yang sangat luar biasa manusia bisa menjadi penguasa bumi ini secara profesional. Tidak heran kalau alam yang luas, dahsyat dan yang menyimpan kekayaan nyaris tanpa batas ini bisa dipercayakan ALLAH kepada manusia. Sayangnya manusia jatuh ke dalam dosa, sehingan tanggung jawab pengelolaan bumi berubah menjadi nafsu mengeksploitasi bumi tanpa henti yang berujung pada kerusakan bumi. Pernah terlintas suatu pertanyaan: Seandainya manusia tidak jatuh ke dalam dosa, namun matahari yang menyinari bumi ini habis energinya, atau bumi yang ditempati manusia ini tidak sanggup lagi menampung jumlah manusia sebab manusia berkembang biak dan tidak ada yang mengalami kematian, bagaimana mengatasi masalah tersebut? Jawabannya sederhana saja, manusia yang cerdas—walaupun tidak sama dengan TUHAN—akan mampu menjangkau planet-planet di luar tata surya kita ini. Sekarang saja manusia yang berdosa bisa mencapai bulan, dan membuat wahana tanpa awak yang bisa keluar dari tata surya kita. Apalagi kalau tidak jatuh ke dalam dosa, pastilah manusia akan mampu menjangkau yang lebih luas dan jauh.
Di sini kita bisa mengerti mengapa manusia tidak dimusnahkan oleh TUHAN, walaupun manusia telah jatuh dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan-NYA. Sebaliknya, IA memberikan hukum dan peraturan agar manusia tetap eksis sampai TUHAN Yesus datang ke dunia, menyelamatkan manusia dan mengembalikan manusia pada rancangan-NYA. Jadi manusia dilestarikan agar manusia dapat masuk ke dalam proyek keselamatan ALLAH melalui Yesus Kristus dan manusia dapat dipersiapkan menjadi manusia baru guna mewarisi langit baru dan bumi baru dengan kecerdasan yang dipulihkan, selain juga moralnya. Dalam kehidupan yang akan datang di langit dan bumi baru nanti, manusia harus mengelola langit dan bumi yang baru yang luasnya tiada batas. Dengan kecerdasan yang TUHAN berikan, manusia akan mampu mengelola alam semesta yang luas ini. Dalam hal ini, hendaknya kita tidak berpikir bahwa Surga adalah tempat dimana manusia berhenti bekerja. Justru Surga adalah tempat manusia dikembalikan kepada kodratnya, yaitu bekerja.
Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
0 komentar:
Posting Komentar