RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

1

Berkat Bagi Orang Yang Takut Akan Tuhan


Renungan Harian Virtue Notes, 25 April 2012
Berkat Bagi Orang Yang Takut Akan Tuhan


Bacaan: Amsal 1:7

1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.


Takut akan Tuhan adalah perangkat penting dalam jiwa manusia sehingga ia dapat memperlakukan Tuhan dengan pantas, benar dan terhormat. Takut akan Tuhan ini pula yang memberikan keberanian kepada seseorang untuk mengarungi perjalanan hidup dengan segala tantangan dan benturan-benturannya. Takut akan Tuhan inilah yang memberikan keberanian kepada seseorang untuk berkata “Tidak!” bagi dosa dan “Ya!” bagi kehendak Tuhan.


Bagi para praktisi hukum, panggilan untuk menegakkan keadilan. Bagi para pengusaha, panggilan untuk menghadirkan pemerintahan Allah dalam bidang usaha mereka. Bagi para pejabat pemerintah, panggilan untuk menghadirkan pemerintahan Allah yang nyata dalam kiprah mereka di pemerintahan. Setiap orang yang takut akan Tuhan akan menghadirkan Tuhan dalam seluruh bagian hidup mereka masing-masing.


Tuhan menjanjikan bila seseorang memiliki takut akan Tuhan, maka Tuhan memberi hikmat bagi mereka. Ini merupakan hukum kehidupan: “Permulaan hikmat adalah takut Tuhan” – The fear of the LORD is the beginning of wisdom. Seorang tidak akan berhikmat tanpa memiliki takut akan Tuhan. Kata hikmat dalam teks Ibraninya adalah khokmah (הָמְכָח) yang dapat diterjemahkan dengan skilful, wisdom dan wisely. Hikmat di sini bukan sekedar masalah kecerdasan intelektual atau IQ yang cemerlang belaka, tetapi juga kepada kesanggupan seseorang untuk bersikap tepat dalam memperagakan kebenaran. Seseorang yang memiliki hikmat ini pasti menjadi orang yang cerdas dalam setiap bidang kehidupan yang digelutinya.


Sikap dan perkataan hikmat ini pun akan memberkati sesamanya, artinya membuka mata manusia lain untuk menyadari keberadaan Allah, sehingga mereka bisa diselamatkan. Tentu oleh sikap dan perkataan orang yang takut akan Allah membuat nama Tuhan dimuliakan dan pemerintahan Tuhan dihadirkan. Dengan demikian orang yang berhikmat tersebut dapat menjadi hamba-hamba Tuhan yang seluruh hidupnya adalah mimbar kebenaran untuk kepentingan kerajaan Tuhan. Dan seorang hamba Tuhan yang menjadi terang bagi sesamanya akan menjadi hamba Tuhan di Kerajaan Bapa di Sorga nanti. Inilah awal dari perjalanan seseorang yang takut akan Tuhan, yaitu hidup untuk melayani Tuhan.



Buktikan bahwa Anda takut akan Tuhan dalam setiap sisi kehidupan Anda, apapun profesi Anda.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Fobiesthe


Renungan Harian Virtue Notes, 24 April 2012
Fobiesthe


Bacaan: Matius 10:28

10:28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.


Tuhan Yesus membangkitkan perasaan takut akan Allah yang positif ini dengan pernyataan di Matius 10:28. “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takut¬lah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” Kata takut dalam teks ini, bahasa Yunaninya adalah fobiesthe dari akar kata fobeo yang artinya takut, atau juga berarti memberi penghormatan secara mendalam. Menjadi masalah yang harus dipersoalkan dengan serius adalah apa landasan takut akan Tuhan ini? Tentu takut akan Tuhan bukan karena melihat suatu obyek yang bisa mengancam atau memberi teror (Ibr. morah). Tentu pula bukan seperti takutnya pencuri melihat polisi atau seorang terdakwa di depan hakim. Tetapi takut karena menghormati dan mengasihi Tuhan. Bagaimana seseorang dapat menghormati Tuhan? Jika ia meletakkan Tuhan pada urutan pertama dalam hidupnya. Tuhan Yesus berkata dalam Lukas 4:8, “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Kata menyembah dalam teks aslinya adalah proskuneo yang arti sempitnya adalah tunduk tetapi arti luasnya adalah memberi nilai tinggi. Kalau seseorang dapat memberi nilai tinggi Tuhan ia dapat menyembah Tuhan, dan inilah dasar seseorang untuk takut akan Allah. Tetapi bagaimana seseorang dapat memberi nilai tinggi Tuhan? Ia harus terus menerus mengalami pencerahan dari Tuhan atau pertumbuhan pengenalan akan Tuhan secara benar. Dalam Roma 12: 2 digunakan kata transformasi (metamorfousthe), yaitu pembaharuan pikiran. Dari pertumbuhan pengenalan akan Tuhan inilah seseorang menemukan bahwa Tuhan itu sangat mulia dan berharga.


Paulus setelah mengenal Tuhan Yesus memberi pernyatan, “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,” (Fil. 3:7-8). Bertalian dengan ini Tuhan Yesus memberi perumpamaan tentang seorang pedagang yang menemukan harta terpendam di dalam suatu ladang. Demi untuk memperoleh harta yang terpendam di ladang tersebut ia rela menjual seluruh hartanya. Segalanya menjadi tidak berarti demi pengenalan yang benar akan Tuhan.



Takutlah akan Tuhan dengan tindakan nyata dalam hidupmu.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.  
Read more
0

Tidak Harus Spektakuler


Renungan Harian Virtue Notes, 23 April 2012
Tidak Harus Spektakuler


Bacaan: Yohanes 20:29

20:29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."


Menjadi pengertian dan konsep yang mengakar dalam pikiran orang Timur, bahwa mengalami Tuhan harus secara spektakuler, karena Allah adalah Allah yang spektakuler; yang dahsyat dan luar biasa. Hal ini dipicu oleh konsep agama-agama kafir yang selalu menghubungkan pengalaman mereka dengan Allah mereka yang hampir selalu secara spektakuler, secara khusus melalui ritual atau upacara agama mereka. Untuk hal-hal yang spektakuler yang bisa atau diharapkan terjadi dalam ritual tersebut biasanya harus ada pemimpin atau tokoh agama yang menjadi pemandunya atau mediator antara umat dan dewa atau allah yang disembah. Hal-hal spektakuler menjadi sebuah keharusan untuk dapat terjadi bagi sebagian mereka. Itulah sebabnya tidak sedikit ritual mereka disertai demonstrasi untuk menunjukkan kekuatan Allah mereka.


Konsep kafir ini rupanya “diimport” oleh orang-orang Kristen yang tidak mengenal kebenaran dalam gereja Tuhan. Itulah sebabnya dalam acara-acara kebaktian di beberapa gereja, diharapkan terjadi mukjizat atau hal-hal yang dahsyat. Sehingga terjadi proses pemaksaan diri untuk mengalami Tuhan. Di sebagian gereja, emosilah yang dipompa sedemikian rupa, seakan-akan mereka mengalami Tuhan. Akhirnya terjadi penipuan atau pemalsuan hadirat Tuhan. Liturgi gereja atau misa dibuat sedemikian rupa agar jemaat sakan-akan merasakan hadirat Tuhan dan bertemu dengan Tuhan. Sejatinya hal ini adalah penipuan terhadap jemaat. Tetapi hal ini telah berlangsung selama bertahun-tahun sehingga menjadi irama wajar dan standar. Tidak mungkin dalam suatu kebaktian pemimpin puji-pujian dan pendeta serta jemaat benar-benar bisa mengalami Tuhan kalau memang setiap harinya mereka tidak berurusan dengan Tuhan secara normal dan natural. Normal artinya sebagaimana mestinya, natural artinya tidak dibuat-buat atau wajar saja.



Mengalami Tuhan bukan berarti harus mengalami kejadian-kejadian yang spektakuler. Sebagaimana bila kita berurusan dengan seseorang secara utuh, demikian pula jika kita berurusan secara utuh dengan Tuhan. Secara utuh artinya dalam segala keadaan kita berurusan dengan Tuhan. Baik pada waktu keadaan ekstrim, misalnya masalah berat, juga dalam masalah ringan. Pada waktu suka maupun duka. Pada waktu membutuhkan mukjizat maupun tidak. Dalam hal ini perlu ditambahkan bahwa tidak semua orang yang mengalami mukjizat takut akan Allah. Tetapi orang yang bergaul dengan Tuhan atau mengalami Tuhan setiap hari pasti ia membangun sikap takut akan Allah secara benar.



Alami Tuhan secara normal dan natural, dalam segala keadaan, baik suka maupun duka, itulah hidup bersama Tuhan yang benar.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment,dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Yirath


Renungan Harian Virtue Notes, 22 April 2012
Yirath


Bacaan: Amsal 1:7

1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.


Kata takut dalam frase “takut akan Tuhan” dalam teks aslinya berasal dari kata yi’rat yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan dengan fear (bnd. Ams. 1:7 (NIV), The fear of the Lord is the beginning of knowledge). Kata yi’rat ini juga dapat berarti “perasaan penuh kengerian” (dreadfull), maksudnya perasaan yang menyadari kedahsyatan Tuhan. Selain itu ada kata lain yang dapat diterjemahkan dengan takut, yaitu morah, kata ini berarti ketakutan karena suatu teror (terrible¬ness, terror). Pemazmur menunjukkan bahwa umat Tuhan harus takut akan Allah bukan karena ancaman, seakan-akan Tuhan itu pribadi atau makhluk yang jahat yang mendatangkan teror. Lalu bagaimana bisa memiliki sikap takut akan Tuhan yang benar? Jawabnya adalah dengan memiliki pengenalan yang benar akan Dia, dan memiliki pengalaman yang riil dengan-Nya, bahwa sungguh Dia adalah Pribadi yang tidak membahayakan kita.


Di banyak agama sekalipun disebutkan bahwa Allah adalah Pengasih dan Penyayang, tetapi doktrin mengenai Allah yang diajarkan menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang berbahaya juga. Salah satu doktrin mengenai Allah yang tidak tepat menurut Alkitab yang membuat kesan demikian adalah doktrin mengenai takdir. Seakan-akan Tuhan dalam kesewenang-wenangan-Nya membuat manusia menderita tanpa tujuan. Pengajaran ini, secara tidak langsung menunjukkan seakan-akan Allah memiliki sisi gelap. Padahal Allah adalah Allah yang penuh kasih yang segala tindakannya pasti tidak akan lepas dari hakekat-Nya tersebut. Dia Maha Bijak sehingga tindakannya pasti berazaskan keadilan yang sempurna. Ia sempurna dalam kekudusan dan kebenaran. Allah bukan Allah yang ambivalen seperti banyak allah lain yang bisa berbuat baik tetapi juga bisa berbuat jahat.



Allah memiliki rule atau aturan dalam diri-Nya, dan semua tindakan-Nya pasti berdasarkan aturan tersebut. Itulah sebabnya yang penting adalah mengenal Allah dengan benar. Kalau dalam banyak kitab suci agama lain memuat hukum-hukum dan peraturan-peraturan serta sejarah hidup para tokohnya, tetapi di dalam Alkitab dipenuhi dengan kisah perbuatan Allah agar umat mengenal dengan benar siapa Allah mereka. Kalaupun ada hukum-hukum prosentasenya sangatlah kecil, setidaknya hanya ada di Kitab Imamat, dan ditujukan hanya bagi bangsa Israel. Sementara di Perjanjian Baru tidak terdapat syariat sama sekali, yang ada hanyalah perkataan-perkataan Tuhan yang memuat kebenaran agar umat mengerti apa isi hati Tuhan yang sesungguhnya. Bukan hanya mengenal Allah tetapi mengerti kehendak-Nya, yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.



Kita harus berusaha keras untuk mengenal Allah dengan benar, pengertian yang benar akan membuat kita takut akan Allah dengan benar.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Buah Penyesatan


Renungan Harian Virtue Notes, 21 April 2012
Buah Penyesatan


Bacaan: Wahyu 12:11

12:11 Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.



Penyesatan pikiran bukan hanya berbuah kepada teologi yang salah, tetapi juga kepada cara hidup yang salah pula. Kesalahan cara hidup ini terkristal dalam kehidupan yang tidak berstandar Allah. Kehidupan berstandar Allah adalah kehidupan yang diperagakan oleh Tuhan Yesus. Kehidupan yang diperagakan oleh Tuhan Yesus adalah kehidupan yang sepenuhnya dipersembahkan untuk kepentingan Kerajaan Allah, yaitu hidup dalam kesucian yang benar, yaitu melakukan kehendak Allah dalam segala hal dan melayani pekerjaan Tuhan dengan pengorbanan tanpa batas.


Bukan tidak mungkin banyak orang yang merasa sudah belajar kebenaran dan mengerti kebenaran tetapi hidupnya masih belum berstandar Allah. Hal ini terjadi karena kebenaran yang dipahami belum memadai. Orang yang mengerti kebenaran secara memadai akan dapat memahami tipu muslihat iblis yang hendak menyesatkannya dari kesetiaan yang sejati. Jadi, kebenaran yang memadai akan membawa seseorang kepada kesetiaan yang sejati kepada Kristus, kesetiaan yang sejati ditandai dengan kehidupan “mengikuti jejak-Nya”. Selama seseorang belum memiliki kehidupan yang mengikuti jejak-Nya berarti ia belum memiliki kesetiaan sejati. Sebab mengenakan kehidupan seperti kehidupan-Nya itulah yang memuaskan hati-Nya. Untuk itulah Ia datang agar manusia dikembalikan kepada rancangan semula atau tujuan awal manusia diciptakan. Hanya itulah yang dapat mengalahkan iblis (Wah. 12:11). Orang-orang yang memiliki kesetiaan yang sejati adalah orang-orang yang rela kehilangan nyawa (Mat. 10:39). Ini sama dengan yang dikatakan oleh Yohanes di Pulau Patmos sebagai orang yang “…tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut….”



Banyak orang Kristen yang dibuat puas dengan kehidupan rohaninya padahal sebenarnya mereka belum sampai kepada kesetiaan yang sejati kepada Kristus. Mereka ke gereja bahkan bisa mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, namun mereka tidak memiliki kebenaran yang memadai. Mereka masih hidup wajar sebagaimana orang pada umumnya yang tidak mengikuti jejak Tuhan Yesus. Mereka ada di wilayah mediokritas. Mereka termasuk orang yang ada dalam penyesatan. Iblis begitu cerdiknya sampai membuat mereka tidak merasa sesat. Hidup mereka pasti tidak memberkati orang dalam arti yang sebenarnya. Mereka pasti tidak akan dapat menulari orang untuk dengan setia berkorban tanpa batas bagi Tuhan. Mereka hanya bisa menarik orang masuk dalam kegiatan gereja tetapi mereka tidak bisa mengubah orang untuk militan bagi Tuhan.



Janganlah puas dengan kehidupan rohani Anda hari ini, sebab jangan-jangan Anda hanya berfantasi, atau merasa percaya diri saja, belajar dan bertobatlah terus .


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Arena Waktu



Renungan Harian Virtue Notes, 20 April 2012
Arena Waktu


Bacaan: Efesus 5:15-17

5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
5:17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.


Kita tidak tahu berapa lama jarak antara makan buah yang dilarang tersebut sampai matanya terbuka menyadari ketelanjangan mereka (Kej. 3). Penyesatan pikiran bisa terjadi melalui proses, demikian pula dengan proses kejatuhan Adam. Seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam suratnya bahwa ia takut kalau-kalau pikiran orang percaya disesatkan dari kesetiaan yang sejati kepada Kristus sama seperti Hawa diperdaya oleh ular. Penyesatan dalam pikiran tentu terjadi melalui perjalanan waktu yang tidak singkat. Hal ini bisa dipahami kalau kita memandang kisah mengenai Adam dan Hawa dengan kacamata dewasa, artinya memahami bahwa buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat serta buah kehidupan sebagai konsumsi bukan bagi fisik tetapi bagi jiwa.


Implikasinya bagi kita hari ini adalah, bahwa waktu seperti sebuah arena, di mana kita diperhadapkan kepada lawan yang harus kita kalahkan atau mengalahkan kita. Peperangan itu merupakan sebuah kongkurensi dan kompetisi (persaingan), antara Tuhan dan kuasa jahat. Peperangan itu dimulai dari pikiran. Siapa yang paling banyak mewarnai pikiran kita dialah pemenangnya. Apakah seseorang memberi peluang Tuhan sebagai pemenang untuk memiliki kehidupan ini atau kuasa lain yang memilikinya, tergantung masing-masing individu. Kalau kita memberi diri untuk dimiliki oleh Tuhan, berarti kita harus mengisi pikiran kita dengan kebenaran Firman Tuhan sehingga kita mengerti kehendak Allah. Ini adalah prestasi yang baik untuk kekekalan. Dalam hal ini waktu adalah anugerah, modal kehidupan untuk mencapai prestasi rohani yang memiliki nilai kekal.



Allah masuk dalam arena waktu yang disediakan bersama dengan kita, untuk itu kita juga harus serius memperhatikan dan menghargai waktu yang diciptakan Tuhan tersebut. Sangat besar kemungkinan bahwa Adam tidak dengan tertib dan teliti memperhatkan jadwal Tuhan. Ia bertindak di luar jadwal Allah, ia ingin segera seperti Allah sesuai dengan jadwalnya sendiri. Padahal, Tuhan menghendaki agar manusia menerima pengertian mengenai kebenaran dari sumber yang benar yaitu dari Allah sesuai dengan jadwal-Nya.


Atau kemungkinan kedua, Adam lebih mengisi pikirannya dengan suara yang bukan berasal dari Bapa. Inilah yang membawa diri manusia kepada dosa atau kemelesetan, sehingga manusia tidak mampu mencapai standar kesucian yang Allah kehendaki.


Ingat, Allah masuk ke arena waktu dimana kita berada, bijaksanalah dalam hidup ini.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 

Read more
0

Waktu Yang Memiliki Batas


Renungan Harian Virtue Notes, 19 April 2012
Waktu Yang Memiliki Batas


Bacaan: Kejadian 1:14

1:14 Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,



Hal dahsyat yang tidak pernah diperhatikan oleh banyak orang adalah Allah menciptakan waktu (Kej. 1:14). Benda-benda penerang yang Allah ciptakan bukan hanya berfungsi sebagai penerang tetapi juga berfungsi “…menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun….” Hal ini menunjukkan adanya realitas perjalanan waktu. Kalau Tuhan menciptakan perjalanan waktu hal ini mengisyaratkan bahwa Tuhan memberi waktu kepada manusia untuk melakukan tugas dari Allah dan meyelesaikannya. Tidak mungkin perjalanan waktu tidak memiliki makna penting pada zaman sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Perjalanan waktu juga mengisyaratkan adanya batas waktu yang disediakan untuk suatu tugas tertentu. Harus diingat bahwa Sabat telah diciptakan Tuhan sebelum manusia jatuh dalam dosa. Ini berarti Adam dan Hawa harus tertib dan ketat memperhatikan perjalanan hari, sebab pada hari ke tujuh mereka harus berhenti bekerja atau beristirahat. Jadi Allah juga dengan tertib bergaul dengan manusia dalam perjalanan waktu yang bergulir. Hal ini dikemukakan oleh pengkhotbah dengan kalimat “…segala sesuatu ada masanya….”


Dengan adanya perjalanan waktu ini, maka mau tidak mau Allah juga masuk ke dalamnya. Walau sebenarnya Ia ada di luar waktu dan bisa tetap ada di luar waktu, tetapi Ia berkenan masuk dalam pergumulan manusia. Hal itu semata-mata untuk membinasakan pekerjaan iblis (1 Yoh. 3:8). Jadi sejak Adam, Allah sudah menentukan waktu yang disediakan bagi manusia untuk belajar mengenal kebenaran-Nya dan berusaha ikut mengalahkan iblis. Jadi, Adam bukan tidak hidup dalam perjalanan waktu. Adam ada dalam perjalanan waktu, hanya tidak dihitung oleh manusia, tentu Allah yang menghitungnya. Bukan tidak mungkin bahwa Allah mematok waktu untuk Adam menyelesaikan tugasnya demi mengalahkan Lusifer. Sampai titik tertentu ternyata Adam tidak bisa mencapai kesucian dan kebenaran yang Allah kehendaki, terpaksa harus diusir dari Eden. Adam telah meleset (Rm. 3;23). Memang hal ini tidak tersurat secara tegas, tetapi bila dianalisa secara teliti hal ini sangat logis untuk dimengerti dan diterima. Implikasi dari penjelasan ini adalah bahwa sekarang ini manusia juga menghadapi realitas limitasi waktu yang diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing individu. Kalau dalam kurun waktu yang tersedia manusia tidak mencapai apa yang dikehendaki oleh Allah, masing-masing harus menanggung resikonya.


Ingatlah, waktu yang Anda miliki ada batasnya, inilah realitas kehidupan


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Pencuri Waktu


Renungan Harian Virtue Notes, 18 April 2012
Pencuri Waktu


Bacaan: Yohanes 10:10

10:10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.


Proses bertahap ini juga terjadi pada Adam dan Hawa. Proses pertumbuhan fisik Adam dan Hawa tidak jelas dikatakan dalam Alkitab, tetapi hal yang berkaitan dengan proses pendewasaan mental masih lebih beralasan. Hal ini mengacu pada pengertian gambar dan rupa Allah. Kata-kata yang digunakan untuk gambar dan rupa di dalam teks asli Alkitab dalam bahasa Ibraninya adalah tselem (םֶלֶצ) dan demuth (תוּמְדּ). Tselem hendak menunjuk gambar dalam arti unsur-unsur dasar yang dimiliki Allah yang juga dimiliki manusia, yaitu pikiran, perasaan, kehendak, kekekalan dan hakikat kerja. Kata tselem lebih menunjuk kepada bentuk gambaran, rupa atau image. Adapun demuth adalah keserupaan yang menunjuk kepada kualitas atas unsur-unsur tersebut. Demuth lebih menunjuk kepada kemiripan (fashion, like (-ness, as), similitude). Keserupaan dengan Allah yang dimiliki manusia bukan sesuatu yang statis tetapi progresif. Kemiripan ini bisa terus dikembangkan.


Bukan tidak mungkin kegagalan Adam dan Hawa adalah karena ketidaksabarannya mengikuti proses yang bertahap ini. Mereka ingin mengetahui apa yang baik dan yang jahat secara instan dari sumber yang salah, sehingga mereka jatuh dalam dosa. Allah Bapa bukan tidak ingin Adam dan Hawa memahami apa yang baik dan yang jahat, tetapi harus melalui sebuah proses waktu sehingga seseorang memiliki kepekaan dalam mengerti kehendak Allah. Selain memang mereka menerima asupan filosofi dari sumber yang salah, sehingga rencana Allah untuk menjadikan mereka serupa dengan Bapa menjadi rusak, tetapi juga nampak bahwa mereka ingin mengetahui apa yang baik dan yang jahat secara cepat atau mendadak. Mengapa mereka mau makan buah itu? Alasannya adalah karena mereka merasa belum tahu apa yang baik dan yang jahat. Namun sayangnya mereka ingin tahu bukan dari Allah Bapa sendiri. Dapat ditangkap di sini, bagaimana mereka merasa belum diberi tahu oleh Bapa apa yang baik dan yang jahat itu.



Karena ketidaksanggupannya memahami apa yang baik dan jahat menurut Tuhan, maka banyak orang Kristen hari ini yang mengajukan konsep yang salah yang diserapnya dari dunia, sampai konsep itu seakan-akan merupakan kebenaran mutlak yang menjadi miliknya. Ia akan makin terbelenggu kalau konsep tersebut tidak diubah melalui proses pembaharuan pikiran yang bertahap dan ketat setiap hari. Ini sama dengan Adam dan Hawa yang tidak sabar menekuni kebenaran Tuhan yang harus diserap setiap hari. Iblis akan berusaha mencuri waktu perdetik, permenit, perjam, perhari sampai pertahun, sampai seseorang kehilangan kesempatan sama sekali.



Jangan sia-siakan waktu yang anda miliki, gunakan dengan efektif dan efisien untuk berjuang mengerjakan keselamatan.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Proses Bertahap Dalam Kemerdekaan


Renungan Harian Virtue Notes, 17 April 2012
Proses Bertahap Dalam Kemerdekaan


Bacaan: Yohanes 8:31-32

8:31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
8:32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."


Merupakan titik misteri yang tidak mudah dimengerti, kapan seseorang benar-benar dinyatakan sebagai memiliki iman yang menyelamatkan setelah seseorang mendengar Firman (Rm. 10:17). Walaupun misteri, tetapi pengalaman menemukan iman dan mengalami kelahiran baru ini sesuatu yang sangat nyata. Buah dari kehidupan seseorang yang benar-benar memiliki iman dan mengalami kelahiran baru akan dapat dirasakan oleh dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya. Banyak orang Kristen yang tidak memiliki perasaan krisis terhadap dirinya. Ia tidak peduli apakah ia telah memiliki iman yang benar. Ia hanya merasa sudah percaya, merasa sudah memiliki iman dan menjadi orang Kristen yang baik. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa dirinya sudah selamat, padahal semua itu hanya dalam fantasi. Sejatinya ia belum memiliki iman yang menyelamatkan. Orang yang memiliki iman akan menunjukkan buah-buah kehidupan yang sangat luar biasa.


Pengalaman di atas ini sejajar dengan kemerdekaan Kristen dari kodrat dosa. Kodrat dosa ini meliputi tiga hal, yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Kalau kita masih dilingkupi oleh ketiga hal ini berarti seseorang belum merdeka. Memang kemerdekaan juga merupakan sebuah proses yang bertahap, sampai di mana tahapnya dibutuhkan kejujuran dalam mengintrospeksi diri masing-masing.



Kemerdekaan tersebut akan dialami seseorang kalau ia tetap dalam Firman. Hanya orang yang tetap di dalam Firman, artinya terus menerus menekuni Firman Tuhan yang murni atau original, menjadi murid-murid-Nya. Sehingga mereka mengenal kebenaran dan kebenaran itu barulah akan memerdekakan mereka (Yoh. 8:31-32). Berapa lama tetap dalam Firman itu? Tentu tidak terbatas. Seiring dengan jumlah atau tingkat kebenaran yang dipahami dan dikenakan seseorang maka setaraf atau setingkat itu pula seseorang mengalami kemerdekaan. Ini merupakan proses bertahap yang sangat ketat yang harus dijalani tiada henti. Hal ini sejajar dengan Roma 12:2, dikatakan dalam teks ini agar orang percaya tidak serupa dengan dunia ini, seseorang harus mengalami pembaharuan pikiran. Melalui proses pembaharuan pikiran, seseorang dapat mengerti kehendak Allah dengan sempurna. Dengan mengerti kehendak Allah seseorang menunjukkan perbedaanya dengan dunia. Masih banyak lagi hal yang sejajar dengan hukum di atas ini, tetapi pada prinsipnya hukum proses yang bertahap tidak bisa disangkali.



Hukum proses bertahap tidak dapat dihindari, segala sesuatu tidak ada yang instan, kita harus bertanggung jawab melaluinya, termasuk meraih kemerdekaan yang sejati.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Perjuangan Memiliki Iman Yang Murni


Renungan Harian Virtue Notes, 16 April 2012
Perjuangan Memiliki Iman Yang Murni


Bacaan: Filipi 2:12

2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,


Ketatnya proses bertahap untuk menjadi dewasa ini sejajar dengan proses bertahap dalam segala aspek hidup manusia. Proses ini juga dapat digambarkan sebagai proses pertumbuhan fisik manusia atau makhluk hidup pada umumnya. Seorang anak manusia tidak dapat menjadi besar mendadak walau diberi makan dan minum sebanyak apapun. Pertumbuhan harus melalaui proses yang sangat ketat. Dengan kenyataan proses ini, maka betapa pentingnya arti perjalanan waktu dan momentum-momentum yang berharga yang berguna bagi pertumbuhan. Bagi anak manusia, betapa pentingnya susu ibu pada waktu usia awal. Bagi anak remaja betapa pentingnya kesempatan studi dan lain sebagainya. Mengabaikan kesempatan-kesempatan tersebut berarti membangun kegagalan di masa yang akan datang. Mengabaikan momentum-momentum untuk mengerjakan keselamatan berarti membawa diri kepada kebinasaan.


Demikian pula dengan proses keselamatan orang percaya. Iman adalah dasar keselamatan, sebab orang percaya diselamatkan oleh iman, bukan karena perbuatan baik. Iman datang oleh pendengaran terhadap Firman Kristus (Rom. 10:17). Iman itu harus ditimbulkan oleh mendengar Firman Kristus atau Injil. Di sini dibutuhkan waktu yang tidak ada batasannya guna mendengar Firman sampai pada tahap bisa mengerti Firman Kristus. Di samping itu  kebenaran dari Firman Kristus harus diserap sehingga seseorang memiliki iman itu. Banyak orang Kristen berpikir bahwa kalau mereka sudah mendengar khotbah, maka mereka sudah mengerti Injil, mereka sudah memiliki iman. Padahal iman bukanlah sesuatu yang mudah dimiliki oleh seseorang. Harus ada perjuangan untuk memilikinya. Kesesatan banyak orang hari ini adalah merasa dirinya sudah memperoleh “karunia iman”, padahal ia belum mendengar Firman Tuhan secara memadai.



Selain dibutuhkan kerelaan untuk menyediakan waktu mendengar Firman secara memadai, meninggalkan kesibukan dan segala kesenangan hidup, perjuangan yang paling berat adalah ketika kita harus menanggalkan pola pikir yang tidak sesuai dengan Injil dan menggantikannya dengan Firman Kristus. Meninggalkan konsep berpikir yang sudah mengakar ibarat seperti seseorang yang mau melepaskan nyawa. Ini sama dengan ketika seseorang harus meninggalkan suatu kesenangan yang selama ini telah dinikmati dan mengakar dalam jiwanya. Tetapi hal ini harus dilakukan, sebab barang siapa tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya ia tidak dapat menjadi milik-Nya (Luk. 14:33).



Berjuanglah memiliki iman yang murni melalui Firman Kristus yang murni


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Proses Bertahap Menjadi Dewasa


Renungan Harian Virtue Notes, 15 April 2012
Proses Bertahap Menjadi Dewasa


Bacaan: Matius 16:21-23

16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."


Proses bertahap kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus tercatat dalam Injil dengan jelas sekali. Tuhan Yesus harus mengajar selama tiga setengah tahun, Ia harus mati di kayu salib pada waktu yang ditentukan oleh Allah Bapa. Ia harus naik ke Sorga dan orang percaya harus meneruskan karya keselamatan-Nya sampai ke ujung bumi. Injil harus sampai ke ujung bumi barulah Tuhan menyudahi sejarah dunia ini. Karena adanya proses bertahap ini, maka urut-urutan tindakan yang akan dilakukan oleh Tuhan menjadi penting. Tuhan Yesus menyatakan kepada Maria, ibu-Nya, ketika Maria menghendaki agar Tuhan Yesus menolong keluarga pengantin yang mengadakan pesta saat air anggurnya habis: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” (Yoh. 2:4). Dari pernyataan ini diisyaratkan bahwa semua harus berjalan sesuai dengan urutan jadwal dalam bingkai proses yang bertahap.


Dalam mengajar dan mendewasakan murid-murid-Nya pun Tuhan Yesus pun juga dilelahkan oleh murid-murid-Nya sendiri yang tidak kunjung menjadi dewasa. Pernyataan yang cukup keras dilontarkan Tuhan ketika Ia turun dari gunung tempat Ia dipermuliakan. Ia menjumpai seorang anak yang sakit ayan tetapi murid-murid-Nya tidak bisa menyelesaikannya. Tuhan berkata, “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” (Mat. 17:17). Kebodohan murid-murid juga nampak dalam berbagai peristiwa, seperti misalnya: ketika Tuhan Yesus berbicara mengenai ragi orang Farisi. Murid-murid-Nya beranggapan bahwa Tuhan Yesus mempersoalkan roti. Padahal Tuhan berbicara mengenai pengaruh buruk orang-orang Farisi. Rupanya pikiran murid-murid-Nya adalah roti semata-mata (Mat. 16:1-12). Juga ketika Petrus menghalangi kepergian Tuhan Yesus ke Yerusalem, mereka masih tidak mengerti bahwa kedatangan Tuhan Yesus untuk membangun Kerajaan Allah bukan Kerajaan Israel Raya (Mat. 16:21-23; Kis. 1:4-6). Walaupun mereka sudah diajar langsung oleh Tuhan Yesus, tetapi mereka pun tidak sekejap menjadi dewasa. Bahkan di antara mereka ada yang menjadi pengkhianat. Banyak lagi tindakan murid-murid yang menunjukkan bahwa mereka belum dewasa, walaupun mereka selalu bersama-sama dengan Tuhan Yesus setiap hari. Tuhan Yesus tidak dapat membuat murid-murid-Nya dewasa dalam waktu sekejap. Dalam hal ini tidak ada proses instant untuk menjadi dewasa. Semua harus melalui proses bertahap yang sangat ketat.



Kedewasaan hanya bisa didapat melalui proses bertahap yang ketat.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
0

Proses Bertahap Anak Tunggal Allah

Renungan Harian Virtue Notes, 14 April 2012
Proses Bertahap Anak Tunggal Allah


Bacaan: Lukas 2:52

2:52 Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.



Hukum proses bertahap yang ditetapkan Allah juga dikenakan dalam kehidupan Tuhan Yesus. Tuhan Yesuspun dalam karya penyelamatan-Nya mengalami proses bertahap ini secara ketat. Ia harus menjadi manusia, melalui proses kelahiran yang juga dialami manusia pada umumnya. Dalam hal ini, nampak sekali bahwa dalam segala hal Ia disamakan dengan manusia (Ibr. 2:7). Proses pendewaasaan dan pertumbuhan fisik-Nya pun juga melalui proses yang normal seperti manusia lain. Dalam Lukas 2:52 tertulis, “Tuhan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Kalimat “bertambah besar” teks aslinya adalah προέκοπτεν (proekopten) dari akar kata προέκόπτω, (proekopto) yang artinya proses maju atau berkembang (progress). Apanya yang berkembang? Pertama hikmat-Nya atau kebijaksanaan-Nya (σοφίᾳ), kedua unsur yang bersangkut paut dengan fisik (Ing. body stature) dan kedewasaan (Ing. maturity) (Yun. Helikia – λικίᾳ) dan yang ketiga bertambah dalam anugerah atau kasih karunia (χάριτι).


Hal yang benar-benar menakjubkan dalam kehidupan Tuhan Yesus adalah bahwa Tuhan Yesus pun juga mengalami perkembangan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. Ia tidak menjadi otomatis berkenan kepada Allah Bapa sekalipun Ia adalah Anak Tunggal-Nya. Jadi, kalau Tuhan Yesus bersikap tidak benar, Bapa pun bisa tidak berkenan kepada Tuhan Yesus. Tetapi seperti yang dikemukakan Kitab Ibrani, bahwa dalam segala hal Ia disamakan dengan manusia (Ibr 2:7), dan sekalipun Ia adalah Anak (Anak Allah) tetapi Ia belajar taat kepada Bapa dari apa yang diderita-Nya (Ibr 5:8). Rupanya Allah tidak nepotisme, walaupun Tuhan Yesus adalah anak Tunggal-Nya sendiri, tetapi Ia tidak memperlakukan Anak-Nya secara istimewa. Tegas sekali Alkitab menunjukkan bahwa Ia tidak mendapat dispensasi khusus. Kalau Tuhan Yesus akhirnya menjadi istimewa dan berkenan di hadapan Bapa, hal itu dikarenakan Ia berusaha untuk istimewa dan berkenan di hadapan Allah Bapa dalam keputusan dan tindakan-Nya sendiri (Fil. 2:5-7; Ibr. 5:8). Adalah ketidakadilan dan ketidakjujuran kalau Allah Bapa menyatakan berkenan kepada Tuhan Yesus, Anak Tunggal-Nya, sementara Anak-Nya tidak sungguh-sungguh berkenan kepada-Nya. Dalam Lukas 2:52 tertulis bahwa Tuhan Yesus semakin berkenan kepada Allah dibuktikan dalam tindakan-Nya untuk rela dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat. 3:1-16). Kerendahan hati Tuhan Yesus mengundang pernyataan Bapa, bahwa Ia berkenan kepada-Nya.


Meskipun Tuhan Yesus adalah Anak, Ia pun harus melalui tahapan proses dalam segala hal.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Melelahkan Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 13 April  2012
Melelahkan Tuhan
 

Bacaan: Ibrani 3:18-19
 
3:18 Dan siapakah yang telah Ia sumpahi, bahwa mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Nya? Bukankah mereka yang tidak taat?
3:19 Demikianlah kita lihat, bahwa mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka.

 
Dalam sejarah keluarnya bangsa Israel dari Mesir, Tuhan juga menggunakan proses bertahap, sampai bangsa itu menginjak tanah Kanaan. Sebagai konsekuensi dari hukum proses yang bertahap ini sebagian besar bangsa itu tewas di padang gurun. Inilah konsekuensi yang tidak bisa dihindari. Mengapa harus menggunakan proses bertahap ini? Bukankah sebenarnya Tuhan berkuasa memindahkan bangsa Israel generasi Musa tersebut dengan mukjizat. Sehingga mereka dapat menjangkau tanah Kanaan tanpa perjuangan yang sangat berat dan melelahkan selama 40 tahun di padang gurun (sekitar tahun 1440 SM sampai 1400 SM). Proses bertahap bangsa Israel menjangkau Kanaan ini sungguh-sungguh melelahkan bagi bangsa itu, juga bagi Tuhan sendiri. Kata lelah dalam bahasa Ibraninya adalah halowt (תוֹאְלַה), dari akar kata laah (האל). Kata ini juga berarti grieve dalam Bahasa Inggris (berduka).

Allah tidak pernah bisa lelah dalam segala karyanya, tetapi mengurusi manusia, Allah merasa lelah (perasaan) dalam arti berduka (Ing. grieve). Karena keras kepala dan tegar tengkuknya bangsa itu, sampai suatu saat, membuat Tuhan nyaris meninggalkan bangsa itu. Musa tampil sebagai juru syafaat bangsa itu dan berusaha melunakkan hati Tuhan, sehingga Tuhan kembali berkenan menyertai bangsa itu. Seandainya Tuhan tidak menggunakan proses bertahap, maka tidak ada di antara bangsa Israel yang tewas di padang gurun. Berarti semua bangsa itu sampai tanah Kanaan. Bukankah ini lebih taktis dan praktis? Sekilas tindakan Tuhan membawa bangsa Israel berputar-putar di padang gurun sebagai suatu kebodohan, sebab sebagian besar bangsa itu sudah sangat menderita sebagai budak di Mesir, kemudian mereka juga menderita di padang gurun dan akhirnya tewas sehingga tidak pernah menginjak tanah Kanaan. Betapa tragisnya hal itu! Tetapi inilah tindakan Tuhan yang memiliki rule di dalam diri-Nya, dan Ia konsekuen dengan hukum-Nya sen-diri. Dalam beberapa teks baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru nampak kesan kuat bahwa Allah laah (lelah dalam perasaan) karena atau terhadap umat pilihan-Nya (Yes. 7:13; Ibr. 3:8-19; Rom. 10:21; 1 Kor. 10 dan lain sebagainya). Dari realita ini menunjukkan jelas sekali bahwa Allah tidak bisa menghindarkan Diri-Nya dari hukum itu. Allah yang menetapkan dan Ia sendiri konsekuen terhadap hukum itu untuk ditegakkan, bahkan terhadap Dirinya sendiri. Seakan-akan Tuhan sendiri terjerat atau terikat oleh ketetapan-Nya sendiri. Di sini kita menemukan integritas Tuhan yang sempurna.


Tuhan memiliki “rule” di dalam diri-Nya, dan Ia sangat konsekuen dengan hal itu.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Proses Bertahap

Renungan Harian Virtue Notes, 12 April 2012
Proses Bertahap


Bacaan: Kejadian 1:1-31

1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
1:2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
1:3 Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.
1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
1:6 Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air."
1:7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.
1:8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.
1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian.
1:10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:11 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian.
1:12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.
1:14 Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
1:15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian.
1:16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.
1:17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
1:18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.
1:20 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala."
1:21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."
1:23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.
1:24 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian.
1:25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
1:29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian.
1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.


Dari apa yang dipaparkan Alkitab mengenai tindakan dan perbuatan Allah, banyak fenomena istimewa yang sangat penting yang harus dipahami. Hal ini akan membuka mata pengertian kita untuk menemukan hakekat Tuhan yang khas sekaligus hukum kehidupan yang ditetapkan-Nya. Salah satunya adalah, bahwa Tuhan dalam mengerjakan sesuatu selalu menggunakan prinsip “proses bertahap”. Inilah hukum kehidupan yang ditetapkan atas semua makhluk, bahwa mereka harus tunduk pada prinsip ini, bahkan kadang-kadang termasuk Allah sendiri. Suatu tindakan percepatan bisa saja dilakukan Tuhan dalam pertimbangan khusus, tetapi itu pasti sebuah pengecualian yang sangat jarang Tuhan lakukan. Lagi pula percepatan bisa dilakukan dengan dasar-dasar hukum (rule) tertentu yang tidak bisa kita pahami sekarang ini. Tuhan membuat lima roti dua ikan cukup untuk lima ribu orang, merupakan mukjizat yang “penuh misteri”. Alkitab tidak pernah menjelaskan bagaimana prosesnya. Tuhan tidak akan menumbuhkan gandum dan membiakkan ikan dalam satu malam, kecuali kisah Yunus. Pohon jarak yang ditumbuhkan itu pun dalam rangka memberikan pelajaran bagi Yunus, bukan menghilangkan tanggung jawab manusia untuk mengelola tanah atau menanam tumbuhan. Mukjizat dapat Tuhan lakukan untuk “keadaan khusus” dan biasanya kondisi yang ekstrim. Jika tidak, Tuhan tidak akan mengumbar mukjizat yang akhirnya akan merusak ketetapan-Nya sendiri.

Hukum ini nampak sangat jelas sejak penciptaan alam semesta yang dibagi dalam enam hari. Usai melakukan penciptaan pada hari pertama, penciptaan berikut hari ke dua. Usia hari ke dua, Tuhan meneruskannya di keesokan harinya, dan seterusnya sampai hari terakhir. Logika manusia yang wajar dapat memandang tindakan Tuhan tersebut sebagai pemborosan waktu dan tindakan yang kurang taktis. Bukankah oleh kemahakuasaan-Nya, dalam sekejap Allah bisa menciptakan alam semesta dengan segala isinya ini tanpa berlarut-larut atau berhari-hari. Dalam beberapa legenda yang dapat ditemukan di Jawa, terdapat kisah mengenai seorang “sakti” yang bisa membangun candi dalam semalam. Cukup satu malam saja. Allah yang dipandang lebih berkuasa tentu bisa berbuat demikian juga. Kalau mau, bisa selesai dalam sekejap, tidak perlu berhari-hari, Kenyataannya, Allah Semesta Alam menciptakan segala sesuatu dengan proses yang bertahap. Di balik fenomena riil dari apa yang dikerjakan Tuhan ini terdapat pesan yang sangat penting untuk dicermati, dipahami dan terima. Pengertian ini menjadi kekayaan yang tidak ternilai, bahwa segala sesuatu harus melalui proses bertahap.


Segala sesuatu diciptakan Tuhan dalam proses yang bertahap sesuai kebijaksanaan dan kedaulatan-Nya.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.
Read more
0

Mencari Tuhan


Renungan Harian Virtue Notes, 11 April 2012
Mencari Tuhan


Bacaan: Yesaya 55:6

55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!



Pagi hari menjadi saat dimana kita memulai menggelar sekolah kehidupan untuk mengenal apa yang Dia ingini untuk dilakukan. Sebab inilah satu-satunya langkah kehidupan yang harus kita miliki seperti yang menjadi prinsip hidup Anak Tunggal Bapa, Tuhan kita Yesus Kristus: “Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Itu berarti setiap pagi kita harus mulai bertanya: “Apa yang Engkau inginkan aku lakukan ya Bapa?” Ini berarti kita sudah tidak mempersoalkan apa yang baik dan buruk di mata hukum dan manusia. Baginya Tuhan adalah hukumnya. Disini seseorang barulah dikatakan meletakkan Tuhan di tahta hatinya. Inilah orang yang ber-Tuhan dengan benar. Bukan menjadikan Tuhan sebagai hulubalang atau pengawal, tetapi sebagai “The Majesty”, yang Maha Mulia.



Banyak orang yang merasa sudah memuliakan Tuhan bila mengatakan kepada Tuhan sebagai yang Maha Mulia. Bibirnya mengatakan Tuhan Maha Mulia tetapi kelakuannya hanya menjadikan Tuhan sekedar sebagai hulubalangnya. Gerakan pujian dan penyembahan kalau hanya berhenti sampai menyanyi sama seperti seorang anak TK yang tidak pernah naik pindah sekolah. Bodohnya tidak sedikit orang Kristen yang merasa sudah hidup di hadirat Tuhan hanya karena cakap menaikkan penyembahan dan pujian dengan bibirnya. Mereka berpikir Tuhan sudah cukup puas dipuji sebagai yang Maha Mulia dan sederetan kata indah lainnya. Padahal yang penting dalam kehidupan ini adalah bagaimana menemukan apa yang Tuhan ingini untuk dilakukan dan melakukannya dengan hati yang menghormati dan mengasihi Dia.


Hidup seperti ini menjadi rumit, sebab memahami manusia lain saja sangatlah sulit apalagi memahami Tuhan yang tidak kelihatan. Tetapi tidak jika kita serius. Mengenal manusia bisa lebih rumit sebab manusia penuh dengan intrik munafik dan sering sangat terselubung. Berbeda dengan Tuhan yang berkenan di temui oleh orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Yes 55:6). Kita harus yakin bisa menemukanNya. Jangan punya mental block, sehingga kalah sebelum berperang. Jadi selagi masih berkesempatan untuk mencari dan menemukan Dia, kita harus berusaha sungguh-sungguh. Orang yang mengutamakan Tuhan adalah orang yang meletakkan hal mencari dan menemukan kehendak Tuhan adalah hal yang paling utama dalam kehidupan ini, lebih dari apapun dan siapapun. Ini salah satu ciri dari orang yang menghormati dan mengasihi Tuhan.


Carilah Tuhan selagi masih ada waktu, jadikan Dia sebagai Yang Maha Mulia.


Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit. 
Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger