RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Peta Kehidupan

Renungan Harian Virtue Notes, 30 September 2011

Peta Kehidupan


Bacaan: Roma 1: 16-17


1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.

1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."



Pelayanan pekerjaan Tuhan adalah usaha untuk membuka pengertian manusia untuk melihat kawasan-kawasan hidup baru yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus. Itulah Injil, yang oleh karenanya Tuhan Yesus tidak cukup mati di kayu salib, tetapi juga harus bertahun-tahun mengajar di Palestina. Pengajaran dan kehidupan Tuhan Yesus seperti peta yang membawa manusia kepada tujuan yang dikehendaki oleh Allah.


Alkitab menyatakan bahwa Injil adalah kekuatan Allah untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya (ay. 16). Jadi untuk memperoleh keselamatan secara utuh, tidak cukup kita hanya percaya dan menerima kematian Yesus di kayu salib, tetapi harus juga percaya pada ajaran-Nya, yaitu memahami dan melakukannya.


Jika dianalogikan dengan perjalanan, kematian Tuhan Yesus di kayu salib adalah ongkos perjalanannya, tetapi ajaran yang disampaikan-Nya adalah peta yang harus dijelajahi. Tanpa peta atau tuntunan perjalanan, sia-sialah ongkos perjalanan tersebut sudah dibayar. Banyak orang Kristen merasa bahwa pembayaran tersebut sudah sekaligus otomatis membawanya ke tujuan perjalanan. Pengertian ini menyesatkan sehingga orang tidak menemukan Kekristenan yang sejati. Mereka merasa sudah sampai tujuannya tanpa perlu berjuang mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12).


Tuhan Yesus tegas berkata, “Ikutlah Aku.” Mengikut Tuhan Yesus adalah pergumulan memasuki kawasan yang juga telah dijelajahi oleh Tuhan Yesus. Kawasan itu antara lain: meninggalkan kemuliaan, hidup sederhana (tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya), hidup dalam perjuangan menggenapi rencana Bapa, memperhatikan orang tertindas dan lemah, menjadi seperti anggur yang tercurah dan roti yang terpecah, memikul salib, dan mati bagi kemuliaan Allah sehingga ada keselamatan bagi banyak orang.


Seperti Dia memikul salib, sebagai orang percaya, kita pun harus memikul salib kita masing-masing. Tanpa memikul salib, berarti ia tidak mengikut Tuhan Yesus (Mrk. 8:34). Tidak mengikut Tuhan Yesus berarti tidak selamat. Maka kehidupan Tuhan Yesus adalah peta yang harus dijelajahi setiap orang Kristen. Tanpa peta ini kita tidak akan menemukan kehidupan yang berkualitas. Kita bersyukur kepada Tuhan bukan hanya karena kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya, tetapi juga peta kehidupan yang diperjuangkan oleh Tuhan untuk keselamatan kita—dikembalikan kepada rancangan Allah semula. Peta kehidupan ini sangat penting.



Kehidupan Tuhan Yesus adalah peta yang harus kita jelajahi untuk memperoleh keselamatan.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Pemalsuan Peta

Renungan Harian Virtue Notes, 29 September 2011

Pemalsuan Peta



Bacaan: Galatia 1: 8-9


1:8 Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.

1:9 Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.



Iblis dalam kelicikannya berhasil memalsukan peta wilayah-wilayah dalam kawasan hidup yang baru, sehingga banyak orang merasa sudah memasuki wilayah-wilayah tersebut, padahal mereka tersesat di wilayah lain. Itulah sebenarnya yang dimaksud oleh Rasul Paulus sebagai Injil yang sebenarnya bukan Injil. Itulah Injil palsu yang hanya menyenangkan telinga manusia.


Demi Injil yang benar, Paulus mengajar, walaupun ajarannya tidak menyenangkan manusia. Injil yang benar memang tidak mudah diterima oleh manusia yang ingin hidup nyaman. Sebaliknya, Injil palsu menyenangkan orang, sebab mengajarkan bahwa manusia tidak perlu harus bergumul berat untuk mengenakannya.


Misalnya, pertama, menyangkal diri dipahami sebagai sekadar meninggalkan perbuatan-perbuatan tercela di mata orang pada umumnya, yaitu yang membuat seseorang malu, miskin dan terasing di masyarakat. Ini bukan sesuatu yang sulit, sebab agama-agama lain mengajarkan hal yang sama. Padahal menyangkal diri yang diajarkan oleh Alkitab menuntut perjuangan yang sangat berat, yaitu langkah hidup untuk meninggalkan semua pola berpikir yang dimiliki manusia pada umumnya, menujukan pikiran ke Kerajaan Surga dan mencapai kesucian seperti Anak Allah.


Kedua, mengikut Yesus diajarkan sebagai sekadar menjadi orang beragama Kristen dan pergi ke gereja.


Ketiga, damai sejahtera dianggap dapat dinikmati tanpa harus menanggalkan kecintaan dengan dunia. Kita mengerti bahwa fasilitas barang-barang dunia memang dibutuhkan, tetapi itu bukan sesuatu yang menjadi kebahagiaan utama. Bila kita masih memiliki hati yang menghargai dunia lebih dari Tuhan, sesungguhnya kita belum mengerti dan menikmati damai sejahtera Tuhan.


Kemudian, hidup berkemenangan terlampau disederhanakan dengan “Pokoknya menang, karena Yesus sudah menang,” tanpa ada pergumulan menyangkal diri dengan membuang percintaan dengan dunia dan mematikan keinginan-keinginan daging yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.


Ajaran-ajaran yang tidak memenuhi standar Kekristenan ini bagai obat palsu yang membuat seseorang bukannya sehat atau sembuh, tetapi kebal sampai tidak bisa diobati lagi. Tetapi ironis sebab obat palsu itu juga mempunyai efek placebo yang membuat mereka merasa sembuh dan sehat. Itulah sebabnya mereka tidak benar-benar mau bergumul menggali kekayaan Injil. Waspadalah dengan Injil palsu ini. Injil yang asli mengajarkan kita untuk berjuang sekuat tenaga.



Peta palsu Iblis membuat orang merasa di wilayah yang benar, padahal tersesat.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Kawasan Hidup Baru

Renungan Harian Virtue Notes, 28 September 2011

Kawasan Hidup Baru



Bacaan: 1 Petrus 1: 18-19


1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,

1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.



Ketika Tuhan Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6), sebenarnya Ia hendak membawa murid-muridnya kepada kawasan hidup yang baru. Kawasan hidup ini belum mereka kenal sebelumnya, dan tidak dikenal oleh orang lain. Kawasan hidup tersebut tidak boleh tidak dilalui oleh orang-orang yang akan dilayakkan menjadi keluarga Kerajaan Surga. Orang yang menjadi murid Yesus pasti melaluinya; tanpa melaluinya seseorang tidak menjadi murid Yesus. Berarti ia juga tidak akan pernah dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan.


Pada umumnya orang belum merasa perlu memasuki kawasan hidup baru itu, sebab mereka sudah terbelenggu gaya hidup lama yang sudah mengikat kehidupannya. Cara hidup ini hendak meningkatkan kualitas hidupnya di dunia, agar memperoleh hidup yang layak di mata manusia lain. Mereka menganggapnya suatu kewajaran dan bukan suatu hal yang buruk, serta sama sekali tidak berbahaya. Apalagi sebab mereka tidak merugikan sesama, tentu gaya hidup ini tidak tercela di mata orang lain; terlebih lagi karena orang lain pun memiliki gaya hidup yang serupa.


Namun gaya hidup itu tidak menyenangkan dan tidak memuaskan hati Tuhan. Orang-orang yang melestarikan gaya hidup seperti ini bahkan memanfaatkan Tuhan demi mencapai kebesaran dunia ini. Seolah-olah Tuhan ada hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani mereka; mata mereka tertutup, seperti katak dalam tempurung yang mengira kawasan hidup hanyalah di bawah tempurung itu. Mereka tidak menyadari ada kawasan lain yang mestinya bisa dikenali dan bisa dijelajahi.


Melalui pemberitaan ajaran Injil yang murni, mata pengertian orang Kristen hendak dibuka untuk melihat adanya kawasan hidup yang lebih luas. Inilah yang dimaksud oleh Petrus, bahwa Yesus menumpahkan darah-Nya agar bisa menebus kita dari cara hidup yang sia-sia, yang diwarisi dari nenek moyang kita.


Dengan meninggalkan cara hidup yang sia-sia, kita belajar hidup dalam kawasan hidup yang baru. Kawasan baru tersebut seperti wilayah luas yang memiliki bagianbagian yang namanya antara lain mengikut Yesus, salib, menyangkal diri, lebih dari pemenang, damai sejahtera tidak seperti yang diberikan dunia, sukacita penuh, baptisan air, baptisan api, menyembah Tuhan, berbakti kepada Tuhan, kelahiran kembali, dipenuhi Roh Kudus dan lain sebagainya. Wilayah-wilayah ini tidak menyenangkan bagi kedagingan dan watak dosa yang sudah mengakar dalam diri manusia. Bila kita berminat untuk selamat, mari belajar kebenaran Firman yang murni untuk menemukan kawasan baru tersebut dan hidup di dalamnya.



Yesus menumpahkan darah-Nya untuk menebus kita dari cara hidup yang sia-sia agar kita dapat memasuki kawasan hidup yang baru.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Jerat Dunia

Renungan Harian Virtue Notes, 27 September 2011

Jerat Dunia



Bacaan: 1 Yohanes 2: 15


2:15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.



Harus kita pertanyakan ketika kita bangun pagi mempersiapkan diri untuk bekerja dan melakukan segala kegiatan: untuk apakah dan untuk siapakah semua itu? Apakah kita melakukannya hanya karena kita merasa sedang menjalani tugas kehidupan rutin seperti manusia lain? Jika demikian, kita telah terpenjara oleh tugas kehidupan yang tidak jelas tujuannya, sebab akhirnya akan bermuara pada kematian dan semua akan ditinggalkan dengan sia-sia. Wajarnya manusia hidup adalah menikah, mempunyai anak, membesarkan anak, menemukan menantu, mengasuh cucu dan mengakhiri hidup.


Atau mungkin juga kita melakukannya karena ada suatu hasrat dalam diri kita untuk mencapai suatu kualitas kehidupan yang dimiliki juga oleh orang lain, bahwa manusia sewajarnya mempunyai uang cukup, memiliki rumah, mobil dan berbagai fasilitas lainnya. Idealnya memiliki uang dalam jumlah besar, rumah mewah, mobil mewah dan berbagai fasilitas kelas atas.


Demikianlah pada umumnya manusia hidup. Ini adalah latría, yaitu ibadah atau kebaktian kepada obyek yang bukan Tuhan. Orang-orang seperti ini bukannya tidak bergereja. Mereka bergereja juga, dan mengandalkan Tuhan juga. Dengan berani mereka berkata kepada Tuhan bahwa Ia adalah segalanya. Kenyataannya, ada berhala dalam hatinya. Ia telah terjerat oleh dunia, melalui persahabatan dengan dunia. Tidak banyak orang yang menyadari dirinya bersahabat dengan dunia ini, tetapi kalau ia masih mencari kualitas hidup seperti orang lain, ia sejatinya memberhalakan dunia ini. Takhta dalam hatinya yang seharusnya hanya diduduki oleh Tuhan telah diserahkan kepada duplikat atau berhala. Itu sama saja dengan menghina Tuhan.


Bila kondisi seperti ini tidak diubah dengan serius melalui pembaruan pikiran, maka kita akan terjerat sampai selama-lamanya dan tidak pernah bisa lepas. Kalau Tuhan masih memberikan peringatan-Nya kepada kita melalui renungan ini, berarti Ia masih mempunyai belas kasihan dan memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat. Maka kalau hari ini kita masih belum menempatkan Tuhan di tempat yang seharusnya, dan menggantikannya dengan Mamon atau kekayaan dunia, mari segera bertobat. Jika tidak, kita bisa terhilang selama-lamanya karena tidak menghormati Tuhan sepantasnya. Mari beri makan pikiran kita dengan kebenaran Firman yang memadai, sehingga dalam hidup kita, kita bisa memahami apa artinya melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan (1Kor. 10:31).



Lepaskan diri dari belenggu jerat dunia dan kenakan kebenaran yang memadai agar kita bisa melakukan segalanya untuk kemuliaan Tuhan saja.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Latria

Renungan Harian Virtue Notes, 26 September 2011

Latria



Bacaan: Roma 12: 1


12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.



Kata lainnya yang sangat penting untuk dibedah adalah latría. Kata ini terdapat di beberapa ayat dalam Alkitab. Rasul Paulus menggunakannya untuk menasihati kita untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang yang hidup, yang kudus dan yang dikenan Allah. Itu adalah ibadah yang sejati. Kata ibadah dalam teks ini adalah latría.


Kata latría berarti penggunaan semua potensi jasmani dan rohani seseorang untuk suatu tujuan atau maksud. Ini pengertian yang berbeda dengan sebuah kata lain untuk ibadah yaitu lituryía. Lituryía merupakan akar kata liturgi, yang bermakna tata cara ritual keagamaan.


Maka kita tidak boleh merasa sudah berbakti kepada Tuhan hanya karena telah pergi ke gereja atau melakukan suatu kegiatan dalam lingkungan pelayanan gereja. Berbakti yang sesungguhnya adalah menggunakan seluruh potensi dalam kehidupan ini untuk kepentingan Tuhan sepenuhnya. Ingat, orang tidak bisa mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24). Dengan demikian yang disebut ibadah atau kebaktian adalah seluruh kegiatan hidup yang dilakukan seseorang. Hendaknya kita mengerti bahwa bisnis bagi pedagang, tugas medis bagi seorang dokter dan perawat, mengajar bagi seorang guru atau dosen dan segala aktivitas adalah kebaktian kita yang sesungguhnya. Mempersembahkan tubuh kita dalam segala aktivitas itu hanya kepada Allah adalah ibadah yang sejati.


Dengan demikian, rumah ibadah bukan hanya gereja atau tempat lain yang sering disebut rumah ibadah. Rumah ibadah yang sesungguhnya adalah semua tempat di mana seorang anak Tuhan memaksimalkan potensi untuk tugas kehidupan ini. Tugas kehidupan adalah mengembangkan potensi atau bakat, mencari nafkah untuk memenuhi tanggung jawab bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara dan pekerjaan Tuhan. Gereja adalah rumah ibadah yang sesungguhnya untuk fulltimer atau mereka yang bekerja sepenuh waktu di gereja, karena di sana merekalah yang menggunakan potensi jasmani dan rohani. Tetapi bagi jemaat, gereja hanya “tempat pertemuan”. Ini bukan berarti gereja bukan rumah ibadah bagi jemaat; tetapi itu hanya bagian kecil dari ibadah atau kebaktiannya.


Jadi, betapa malangnya kalau kita merasa sudah beribadah atau berbakti hanya karena rajin ke gereja. Ibadah yang sejati kita lakukan di segala tempat dan di setiap saat kita beraktivitas. Apakah kita sudah menjadi persembahan yang hidup, kudus dan menyenangkan-Nya dalam seluruh aktivitas kita?



Ibadah yang sejati kita lakukan di segala tempat dan di setiap saat kita beraktivitas.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Idolon

Renungan Harian Virtue Notes, 25 September 2011

Idolon



Bacaan: 1 Yohanes 5: 21


5:21 Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala.



Untuk membedah kata asli Yunani mengenai penyembahan berhala idololatría, pertama-tama kita harus memahami kata pertama dalam kata gabungan itu yaitu ídolon.


Ídolon merupakan sumber kata idola atau idol dalam bahasa Inggris. Kata ídolon dapat diartikan “citra” atau “imaji”. Kata ini bisa menunjuk kepada suatu objek seperti gambar atau patung yang menggambarkan dewa-dewa kafir, tetapi juga bisa berarti “duplikat” atau “salinan”. Jadi berbicara mengenai berhala sebenarnya menunjuk kepada suatu duplikat atau salinan. Apa atau siapa yang diduplikasi? Tentu dalam hal ini Tuhanlah yang diduplikasi atau dibuat tiruannya. Maksudnya, dalam kehidupan seseorang ada suatu sosok yang diperlakukan sebagai Tuhan, atau diperlakukan dengan cara yang sebenarnya hanya pantas bagi Tuhan.


Seharusnya Tuhan menjadi obyek pemujaan dan penyembahan satu-satunya dalam kehidupan ini, tetapi tanpa sadar orang menggantikan-Nya dengan sesuatu yang lain. Dikatakan tanpa sadar, sebab mereka merasa telah memuja dan menyembah Tuhan, sebab sudah mengikuti kebaktian, menyanyikan lagu rohani dan melakukan apa yang disebut penyembahan. Jadi, kalau sudah mengikuti liturgi atau mengikuti kebaktian, berarti sudah memuja dan menyembah Tuhan. Itulah sebabnya ada gereja-gereja yang menekankan praktik penyembahan yang luar biasa dalam kebaktian.


Sekalipun seseorang telah bergereja, menyanyikan puji-pujian dan “menyembah” Tuhan—bahkan dengan “bahasa roh”—kalau dalam kehidupan sehari-harinya mereka memperlakukan sesuatu dengan cara yang hanya pantas bagi Tuhan, itu berarti Tuhan telah diduakan. Ada duplikat Tuhan yang menjadi berhala dalam kehidupannya. Demikianlah, banyak orang yang merasa tidak menduplikasi Tuhan secara -sik, artinya tidak memiliki patung yang disembahnya di rumah, tetapi di dalam hatinya ia memiliki “duplikat Tuhan” yang diberhalakan. Duplikat Tuhan itu adalah kekayaan dunia.


Kalau kita masih bersikap mencintai dunia dan kekayaannya, berarti masih ada praktik pemberhalaan dalam kehidupan kita. Segeralah bertobat, sebab segala praktik pemberhalaan seperti ini dibenci oleh Tuhan. Dan waspadalah terhadap pengajaran yang mengagung-agungkan kekayaan dunia, sebab itu manuver pekerjaan Iblis yang sangat cerdas. Tanpa penerangan oleh Firman Tuhan dan kejujuran hati nurani, kita bisa terjerat oleh tipu daya kuasa kegelapan ini.



Berhala bukan hanya patung yang disembah, melainkan juga kekayaan dunia yang menjadi “duplikat Tuhan” bagi banyak orang.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Konsep Berhala Yang Salah

Renungan Harian Virtue Notes, 24 September 2011

Konsep Berhala Yang Salah



Bacaan: Wahyu 21: 8


21:8 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."



Apakah berhala itu? Biasanya penyembahan kepada berhala dipahami sebagai keterlibatan seseorang kepada okultisme, yaitu hal-hal yang bertalian dengan perdukunan dan mistisisme. Pemahaman ini sangat berbahaya dan menyesatkan, sebab praktik pemberhalaan banyak terjadi dalam kehidupan orang percaya tanpa disadari oleh pelakunya. Banyak dosa pemberhalaan yang dilakukan dalam kehidupan orang Kristen di dunia modern ini tidak berkitan langsung dengan praktek okultisme.


Yang disebut “penyembah berhala” dalam bahasa aslinya adalah idololátres, sementara “penyembahan berhala” adalah idololatría. Kedua kata Yunani ini berasal dari kata ídolon yang berarti “berhala” dan latría yang berarti “berbakti”.


Karena pemahaman yang salah mengenai penyembahan berhala, tak jarang bagi mereka yang melakukan pelayanan pelepasan, sang hamba Tuhan merasa sedang meruntuhkan praktik dosa penyembahan berhala dengan menghancurkan patungpatung, bahkan boneka-boneka. Memang mereka berfokus hanya pada orang-orang yang mempunyai jimat, pernah pergi ke dukun, atau waktu masih kecil pernah diserahkan kepada dewa. Ada hamba Tuhan yang berpendirian bahwa semua patung bahkan lukisan harus dihancurkan, termasuk berbagai karya seni yang indah. Padahal tidak harus demikian, sebab tidak selalu patung itu menjadi obyek pemujaan.


Kalau pemunahan praktik penyembahan berhala hanyalah penghancuran patung-patung, itu adalah pandangan yang sangat dangkal dan sempit. Mungkin para pelayan pelepasan tersebut adalah orang-orang yang ngeroh, tetapi kalau dengan praktik itu mereka merasa sudah membantu orang keluar dari dosa penyembahan berhala, artinya mereka belum diperlengkapi kebenaran yang memperbarui pikiran.


Sesungguhnya semua objek lain di luar Tuhan bisa menjadi berhala, jika orang menjadikannya objek kebaktian. Maka mereka yang patung-patungnya sudah dihancurkan belum tentu tidak lagi terlibat dalam penyembahan berhala. Mereka boleh merasa bebas, tetapi kalau masih sangat mencintai dunia, sesungguhnya mereka masih melakukan penyembahan berhala terus-menerus. Itu menyakitkan hati Bapa. Banyak orang Kristen masih berkeadaan seperti ini, dan sedihnya tidak banyak suara yang mengingatkan mereka terhadap keadaan yang sangat membahayakan ini. Jangan lagi mempunyai konsep berpikir yang sempit. Belajarlah terus mendalami kebenaran Tuhan, agar kita tidak mendurhakai-Nya.



Semua kebaktian kepada objek lain di luar Tuhan, termasuk dunia ini, adalah penyembahan berhala.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Doa Mohon Perlindungan Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 23 September 2011

Doa Mohon Perlindungan Tuhan



Bacaan: Filipi 4: 19


4:19 Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.



Satu lagi doa yang sering dinaikkan orang beragama namun belum tentu benar adalah doa mohon perlindungan Tuhan. Bagi banyak orang, doa ini sering didasari sikap hati yang salah, yang bertolak pada anggapan bahwa Tuhan tidak atau kurang melindungi kita, jika umat tidak menyampaikan permohonan agar Ia memberikan perlindungan yang lebih memadai.


Buktinya, jika terjadi suatu kecelakaan atau musibah, tidak jarang orang mengatakan bahwa itu akibat kurang berdoa. Karena kurang berdoa, Tuhan tidak mau memberikan perlindungan-Nya secara memadai. Mereka mengharapkan akan memperoleh kekuatan secara ajaib melalui doa untuk terhindar dari malapetaka. Dengan hal ini, maka doa mohon perlidungan Tuhan menjadi alat yang bersifat mistis untuk mendapatkan perlindungan-Nya. Kita harus tegas mengatakan bahwa pola berpikir seperti ini adalah keliru.


Tuhan sudah menyediakan perlindungan-Nya secara memadai bagi mereka yang melayani-Nya dan mengemban pekerjaan-Nya. Namun untuk apa Tuhan menyertai mereka yang hidup untuk diri sendiri dan tidak menyentuh pelayanan pekerjaan Tuhan? Kalau seseorang mohon perlindungan Tuhan padahal ia tidak hidup untuk Tuhan, berarti ia mau menjadikan Tuhan sebagai pelayannya untuk memuaskan ambisi dan keinginannya sendiri.


Jadi doa mohon perlindungan Tuhan bukan sekadar permintaan, melainkan dialog yang menyatakan komitmen kita untuk mengawal pekerjaan-Nya. Suatu komitmen untuk bersama dengan Tuhan menggenapi rencana-Nya. Bagi orang-orang yang melayani Tuhan, Yesus menjamin bahwa Ia menyertai mereka sampai akhir zaman (Mat 28:20).


Sejajar dengan ini, Rasul Paulus menulis, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Allah memenuhi segala keperluan kita kalau kita mendukung pekerjaan-Nya. Kalau kita tidak mempedulikan pekerjaan Tuhan tetapi memohon perlindungan-Nya, itu berarti kita berusaha memperdaya Tuhan. Sebaliknya kalau kita mendukung pekerjaan Tuhan seperti jemaat Filipi, maka Ia pasti memenuhi segala kebutuhannya. Dalam hal ini jelaslah, bahwa perlindungan dan pemeliharaan Tuhan adalah hak bagi mereka yang hidup bagi-Nya. Orang yang hidup dalam penghayatan melayani Tuhan tidak akan kuatir menatap hari esok, sebab ia tidak hidup untuk dirinya sendiri, tetapi hidup untuk kepentingan Tuhan semata-mata.



Allah memenuhi segala keperluan kita kalau kita mendukung pekerjaan-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Doa Mohon Berkat Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 22 September 2011

Doa Mohon Berkat Tuhan



Bacaan: Matius 5: 45


5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.



Dalam kehidupan orang beragama, sangat umum terdengar pula doa mohon berkat Tuhan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani. Dengan sikap hati yang tidak benar, doa mohon berkat Tuhan bisa menjadi tidak benar. Sikap hati yang salah yang dimiliki banyak orang bertolak pada anggapan bahwa Tuhan tidak atau kurang memberikan berkat-Nya sehingga umat perlu menyampaikan permohonan untuk dapat menggerakkan hati Tuhan agar memberikan berkat-Nya lebih memadai bagi kita menurut ukuran kita.


Ciri-ciri orang yang mempunyai pandangan salah dalam hal ini adalah seakanakan menunjuk Tuhan ikut bertanggung jawab pada waktu mereka masih merasa berkekurangan. Orang yang berkekurangan dianggap kurang berdoa, sehingga berkat Tuhan baginya belum memadai. Kalaupun tidak bermaksud mempersalahkan Tuhan, dengan doa tersebut mereka mengharapkan akan memperoleh berkat Tuhan secara ajaib sehingga bisa berkelimpahan. Telah menjadi anggapan banyak orang Kristen bahwa doa mohon berkat Tuhan merupakan alat mistis untuk meraih pemenuhan kebutuhan jasmani yang lebih berlimpah. Ini pikiran yang sesat.


Sesungguhnya Allah sudah menyediakan berkat-Nya secara berlimpah. Bahkan berkat jasmani itu telah disediakan-Nya secara adil, bukan hanya kepada orang percaya, tetapi juga kepada semua orang. Tuhan Yesus pernah berkata, bahwa Bapa di surga menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Itu menggambarkan kasih dan keadilan-Nya. Dalam hal ini kita harus bekerja keras untuk meraihnya. Jangan berpikir bahwa anak Tuhan akan diberi kemudahan-kemudahan dalam mengusahakan pemenuhan kebutuhan jasmaninya. Kalau Tuhan memberikan dispensasi berupa kemudahan, itu berarti Tuhan merusak mental anak-anak-Nya. Kemudahan itu akan sangat merusak kinerja hidup anak-anak Tuhan.


Sama seperti dalam Doa Bapa Kami, ketika kita berdoa, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat. 6:11) bukan berarti Tuhan mengirimkan secara otomatis berkat jasmani guna pemeliharaan tubuh kita; tetapi doa itu merupakan panggilan kita untuk bertindak mencari nafkah. Jadi kalau kita berdoa mohon berkat Tuhan, itu merupakan suatu komitmen untuk mengusahakan pemenuhan kebutuhan jasmani dengan percaya bahwa Dia pasti selalu membuka jalan. Untuk itu kita harus mengembangkan semua potensi yang ada untuk meraih sebanyak-banyaknya berkat jasmani guna kepentingan kerajaan-Nya.



Berdoa mohon berkat Tuhan merupakan komitmen untuk mengusahakan pemenuhan kebutuhan jasmani dengan seluruh potensi kita



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Doa Mohon Pimpinan Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 21 September 2011

Doa Mohon Pimpinan Tuhan



Bacaan: Mazmur 23: 1-6


23:1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

23:2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;

23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

23:5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.

23:6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.



Mazmur Daud ini mungkin merupakan mazmur yang paling terkenal di kalangan orang Kristen. Dalam mazmurnya, Daud menyatakan kepercayaannya yang penuh kepada Tuhan. Ia menggambarkan Tuhan sebagai gembala yang baik, yang memimpin, menuntun dan membimbing kita sebagai domba-dombanya.


Dalam kehidupan orang beragama, sudah biasa terdengar doa mohon pimpinan Tuhan. Itu tidak salah, namun ternyata tidak selalu doa mohon pimpinan-Nya itu benar. Yang menentukan benar atau salahnya adalah sikap hatinya. Sikap hati yang dimiliki banyak orang bertolak pada anggapan bahwa Tuhan tidak atau kurang memimpin kita jika kita tidak meminta kepada-Nya. Itulah sebabnya umat perlu menyampaikan permohonan untuk menerima pimpinan Tuhan yang lebih memadai.


Saat berdoa minta pimpinan Tuhan, umat berharap akan memperoleh kekuatan secara ajaib untuk terhindar dari dosa atau kesalahan. Umat menyalahkan kurangnya doa sebagai penyebab kesalahan terjadi, padahal itu berarti secara tidak langsung menunjuk Tuhan ikut bertanggung jawab, sebab Ia dianggap belum memberikan pimpinan-Nya secara memadai. Dengan demikian doa mohon bimbingan Tuhan menjadi alat yang bersifat mistis, yang berkuasa untuk dapat mengubah hidup. Pola berpikir ini salah.


Sejatinya, sebagai gembala yang baik, Tuhan sudah menyediakan pimpinan-Nya secara memadai. Pimpinan-Nya diberikan melalui berbagai sarana. Pertama, Alkitab, yaitu Firman Tuhan (2Tim. 3:16). Kedua, Roh Kudus yang dimeteraikan dalam hidup kita guna mengarahkan kita kepada segala kebenaran (Yoh. 14:26). Ketiga, pimpinan-Nya melalui segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini (Rm. 8:28). Sejatinya tanpa diminta pun Tuhan memimpin kita; pimpinan-Nya tidak perlu diminta lagi. Tetapi mengapa kita minta pimpinan Tuhan?


Agar bisa memahami hal ini dengan benar, kita harus tahu bahwa doa jangan hanya dipahami sebagai sekadar permintaan. Kalau kita berdoa, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat,” doa itu memanggil kita untuk menjauhi segala hal yang Tuhan tidak kehendaki. Jadi kalau kita berdoa mohon pimpinan Tuhan, itu berarti kita berkomitmen mencari pimpinan Tuhan dan bersedia melakukan kehendak-Nya. Kita tidak pasif; sebaliknya kita menjadi aktif untuk mencari kehendak-Nya dengan mempelajari kebenaran Alkitab, menyediakan waktu untuk bersekutu dengan-Nya, membuka hati yang tulus untuk mengerti maksud Tuhan melalui segala kejadian yang kita alami.



Berdoa mohon pimpinan Tuhan berarti kita berkomitmen mencari pimpinan Tuhan dan bersedia melakukan kehendak-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Sikap Hati Dalam Berdoa

Renungan Harian Virtue Notes, 20 September 2011

Sikap Hati Dalam Berdoa



Bacaan: Mazmur 127: 1-2


127:1 Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

127:2 Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.



Banyak orang berdoa dengan sikap hati yang salah pada waktu mohon pimpinan Tuhan, mohon berkat Tuhan dan perlindungan-Nya. Permohonan doa tersebut dipanjatkan dengan anggapan dan sikap—sering tidak sadar—bahwa Tuhan seolah-olah tidak memimpin atau kurang memimpin secara benar. Seakan-akan Tuhan kurang memberkati secara proporsional dan tidak melindungi umat-Nya dengan sempurna jika kita tidak meminta kepada-Nya. Kalau kita berdoa, barulah Tuhan memimpin atau meningkatkan kualitas pimpinan-Nya, memberkati atau menambah berkat-Nya secara memadai dan melindungi secara pantas. Sebenarnya sikap seperti ini tidak hormat atau kurang ajar terhadap Tuhan. Ini adalah sikap kurang atau tidak percaya.


Mungkin kita tidak sadar atas sikap yang kurang pantas ini, tetapi mari kita uji diri kita. Pernahkah kita menyalahkan diri kita atau orang lain saat jatuh ke dalam dosa, dengan mengatakan itu akibat kurang berdoa? Kalau pernah, berarti secara tidak langsung kita telah mempersalahkan Tuhan. Kita telah menuduh Tuhan ikut bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh umat-Nya, sebab akibat pengabaian-Nya terhadap umat yang tidak berdoa, kesalahan itu terjadi.


Sejajar pula dengan ini, jika kita memanjatkan doa agar Tuhan memberkati umat dengan berkat jasmani. Secara tidak sadar, sikap hati yang timbul adalah bahwa Tuhan masih menahan berkat-Nya, sehingga anak-anak-Nya tidak tercukupi apabila tidak meminta. Tuhan menunggu, dan kalau tidak diminta, Ia cuek. Ini salah, sebab Alkitab menyatakan bahwa Bapa menyediakan apa yang diperlukan anak-anak-Nya di luar pengertian mereka. Dalam mazmurnya, Salomo mengatakan bahwa Allah memberikan berkat kepada yang dicintai-Nya pada saat mereka tidur.


Kesalahan yang sering terjadi pula adalah pada doa yang dipanjatkan untuk mohon perlindungan kepada Bapa. Apakah Bapa tidak melindungi anak-anak-Nya jika tidak diminta? Saat kita mengalami kesulitan, apakah doa kita berkesan menuduh Tuhan secara tidak langsung kurang atau lalai menjagai kita? Ini tampak tatkala kita berkata, “Tuhan, mengapa ini harus terjadi?”


Sejatinya Tuhan sudah memberi porsi yang cukup bagi kita, bahkan berlimpah. Ia pasti memberkati dengan berlimpah dan melindungi kita dengan sempurna. Ia yang setia sudah mengarahkan kita kepada keselamatan yang sejati; barang tentu pula Ia memenuhi bagian-Nya. Tinggal tanggung jawab kitalah untuk hidup menjadi anak-anak yang dicintai-Nya.



Bapa yang sudah mengarahkan kita pada keselamatan yang sejati pasti memberkati dan melindungi kita dengan sempurna.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Jalan Pulang

Renungan Harian Virtue Notes, 19 September 2011

Jalan Pulang



Bacaan: Yohanes 14: 6


14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.



Untuk mengerti keselamatan dengan benar agar tidak sesat di jalan, orang percaya harus memperhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam ayat bacaan hari ini. Tuhan Yesus bersabda, “Akulah jalan.” Kata jalan di sini janganlah sekadar dipahami sebagai sesuatu yang membuat seseorang sampai kepada Bapa secara otomatis dan ajaib.


Dalam teks aslinya, kata jalan di sini adalah hodós yang selain berarti jalan, juga bermakna “perjalanan” atau “progress, kemajuan menuju tujuan”. Jadi jalan di sini lebih menunjuk kepada suatu perjalanan yang harus ditempuh, karena jaraknya yang panjang atau jauh. Karenanya untuk mencapai tujuan harus ada progress atau kemajuan bertahap dalam perjalanan itu. Ini berarti jalan yang dimaksud oleh Tuhan Yesus lebih berarti cara atau proses untuk bisa sampai kepada Bapa.


Jalan kita kembali ke rumah Bapa adalah Tuhan Yesus Kristus. Artinya bukan sekadar bergereja. Kalau Tuhan Yesus adalah jalan pulangnya, artinya kita mengakui bahwa Ialah satu-satunya Penebus dosa yang menggantikan tempat kita di kayu salib, dan memerdekakan kita oleh pengorbanan-Nya. Tetapi itu belum cukup. Kita harus memperhatikan kehidupan Tuhan Yesus dan pengajaran-Nya.


Ia berkata, “Akulah jalan,” kemudian ditambahkan-Nya, kebenaran: aléthia dan hidup yang berkualitas: zoé. Ini menegaskan bahwa karena keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan kita kepada rancangan-Nya, harus ada proses serius untuk itu. Tidak cukup kita sekadar menjadi orang Kristen yang pasif.


Jalan yang dimaksud Kristus adalah harus memperhatikan kehidupan-Nya, agar kita bisa meneladani-Nya dan menuruti pengajaran-Nya. Untuk menyediakan jalan keselamatan itu, Ia sendiri mengalami pergumulan yang tidak mudah. Ia bukan saja mati di kayu salib tetapi ia juga harus menemukan kehidupan sebagai Anak Allah.


Kalau jalan yang disediakan-Nya sudah dapat menyelamatkan manusia secara ajaib sekadar melalui pengakuan percaya, tidak perlu Ia mengajar murid-murid-Nya selama tiga setengah tahun. Cukup Ia turun lalu disalib, selesai. Tetapi nyatanya Ia harus menjalani hidup di bumi sebagai manusia, agar kita yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya meneladani-Nya. Supaya kita dikembalikan sebagai anak-anak Bapa, kita harus diubah terlebih dahulu sehingga berkeadaan sebagai anak-anak-Nya. Tuhan Yesus menjaga dan merawat kita seperti petani merawat tanamannya, bukan sekadar tanaman itu hidup, melainkan agar berbuah. Tuhan Yesus menghendaki agar orang percaya berbuah, buahnya adalah kehidupan seperti pribadi Kristus.



Jalan pulang ke rumah Bapa adalah meneladani kehidupan Kristus dan menuruti pengajaran-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Baru Mengenal Petanya

Renungan Harian Virtue Notes, 18 September 2011

Baru Mengenal Petanya



Bacaan: Ibrani 5: 7-9


5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.

5:8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,

5:9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,



Ada sebuah kecemasan dalam hati penulis mengenai kenyataan keadaan jemaat Tuhan hari-hari ini. Mereka yakin sudah menjadi umat pilihan yang berada di jalan yang benar, padahal belum tentu demikian keadaannya. Banyak dari mereka sesungguhnya bagai domba yang sesat, tidak tahu jalan yang harus ditempuhnya. Seperti anak-anak yang tersesat tapi tidak tahu jalan pulang ke rumah.


Perjalanan pulang orang Kristen yang benar artinya perjalanan kehidupan untuk memiliki karakter pangeran-pangeran Kerajaan Allah. Orang yang pulang ke rumah Bapa adalah yang berwatak Allah Bapa. Itulah sebabnya Kekristenan bukan agama, melainkan jalan hidup. Dikatakan secara ekstrem bukan agama, maksudnya agar kita bisa mengetahui bahwa Kekristenan tidak memiliki unsur-unsur seperti agama pada umumnya. Dalam Kekristenan, yang penting adalah proses menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12–13).


Karena banyak orang Kristen sekadar menjadikan Kekristenan sebagai agama, tidak heran jika banyak dari mereka yang menjadi Kristen dan rajin beribadah ke gereja, namun belum terjamin ia sudah menemukan kembali jalan pulangnya. Banyak dari mereka beranggapan, kalau sudah mengenal Kristus dan mengatakan percaya kepada-Nya, otomatis mereka sudah menemukan jalannya. Ibarat orang yang sedang bepergian namun tidak tahu arah dan jalannya, mengenal Kristus sebetulnya baru disebut sebagai mengenal petanya. Tuhan Yesuslah petanya. Kalau seorang musa!r menemukan peta perjalanan menuju tempat yang dituju, belum berarti ia sudah sampai tujuannya sebab peta itu tidak otomatis membawanya ke sana.


Dengan mengatakan hal ini sama sekali kita tidak meremehkan nilai Tuhan Yesus atau sekadar menyamakan-Nya dengan peta. Justru kita sedang meninggikan dan menghargai karya-Nya, sebab untuk bisa menjadi peta kehidupan keselamatan manusia, Ia harus bergumul hebat. Ia harus mengosongkan dirinya (Flp. 2:5–7); Ia harus menjadi manusia dan bertumbuh seperti manusia lain (Luk. 2:52); dalam segala hal Ia disamakan dengan manusia (Ibr 2:17). Ia harus memikul salib menanggung dosa manusia dan memenangkan pergumulan untuk taat tanpa syarat kepada Bapa. Dengan keberhasilan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan bagi mereka yang mau taat. Perhatikanlah kata taat. Apa yang harus ditaati? Yang harus ditaati adalah cara hidup yang telah dijalani oleh Tuhan Yesus, maksudnya mengikuti dengan taat apa yang juga telah dijalani oleh-Nya. Ialah model Anak Allah yang benar. Dengan menaati-Nya, kita tidak hanya meyakini peta itu benar, tetapi menjalaninya.



Tidak cukup kita mengenal Tuhan Yesus, jika kita tidak mengikuti dengan taat apa yang telah dijalani-Nya.



Diadaptasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger