RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Percintaan Dunia

Renungan Harian Virtue Notes, 30 April 2011

Percintaan Dunia



Bacaan: Ibrani 12: 1-6


12:1. Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.

12:2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

12:3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.

12:4. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.

12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;

12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."



Kehidupan Kristen adalah perlombaan wajib. Kalau kita menang, kita akan mewarisi langit dan bumi baru. Penulis Kitab Ibrani mengungkapkan satu hal yang penting agar kita dapat menang dalam perlombaan tersebut, yakni menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita (ay. 1).


Apakah beban yang paling merintangi kita? Itulah percintaan dengan dunia. Ikatan dengan dunia sudah mendarah daging dalam diri kebanyakan orang, sebab perlu diakui, sejak kecil rata-rata orang tua menekankan kesuksesan hidup dalam dunia ini, atau paling tidak hidup dalam kewajaran seperti manusia lain.


Jangan kita menganggap remeh ikatan ini. Tanpa usaha untuk menanggulanginya dengan serius, kita akan tetap terbelenggu dan memikul beban tersebut. Perhatikan orang-orang yang tidak menganggap ikatan ini sebagai bahaya besar. Mereka tidak pernah berjuang melepaskan beban ini dengan sungguh-sungguh. Ini tampak dari hidupnya; seumur hidup kebanggaan mereka adalah harta dunia. Akhirnya di mata Tuhan, mereka kalah dalam perlombaan iman ini.


Bagi para rohaniwan, patut untuk lebih waspada, sebab jabatan sebagai rohaniwan pun tidak otomatis membuat kita bebas dari belenggu ini. Sekalipun kita sudah menjadi pelayan Tuhan sepenuh waktu, kita harus mewaspadai pikiran kita, sebab belum tentu pola pikir kita sudah rohani.


Kerohanian tidak tergantung dari perasaan seseorang, tetapi dari perbuatannya. Seseorang tidak dapat menjadi rohani, kalau selalu mendengarkan hal-hal yang tidak mendewasakan kerohaniannya. Contohnya, dalam gereja, selalu materi atau berkat jasmani semata yang ditonjolkan. Firman Tuhan, kesaksian, doa dan lagu-lagu selalu sekitar berkat, kuasa dan mukjizat jasmani. Semula ini hanya terjadi di gereja-gereja yang menganut teologi kemakmuran; namun dewasa ini kita melihat di kalangan gereja-gereja arus utama juga sudah ada yang terjangkit virus ini, sebab mereka menganggap bahwa hidup seperti anak-anak dunia adalah wajar. Dengan tegas kita harus mengatakan bahwa pandangan itu keliru dan tidak Alkitabiah.


Sejatinya, orang percaya harus memiliki kehidupan yang memiliki perbedaan mencolok dari mereka yang tidak dipanggil sebagai umat pilihan. Orang percaya yang benar akan menjadikan langit baru dan bumi yang baru sebagai tujuan utama kehidupan dan kerinduannya yang terbesar. Ini tidak dimiliki oleh anak-anak dunia. Masihkah kita memikul beban berupa ikatan percintaan dengan dunia? Berkomitmenlah untuk berjuang melepaskannya sebelum terlambat.



Beban yang paling merintangi kita dalam perlombaan iman adalah ikatan percintaan dengan dunia.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Bukan Berasal Dari Dunia Ini

Renungan Harian Virtue Notes, 29 April 2011

Bukan Berasal Dari Dunia Ini



Bacaan: 2 Petrus 3: 8-13


3:8. Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.

3:9. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.

3:10 Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.

3:11. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup

3:12 yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.

3:13 Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.



Dunia ini akan dihancurkan pada akhir zaman. Rasul Petrus dalam suratnya menulis bahwa langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Tetapi sebagaimana Tuhan Yesus menyatakan bahwa kita bukan berasal dari dunia ini seperti Dia juga bukan berasal dari dunia ini (Yoh. 17:16), berarti kita bukan bagian dari dunia ini.


Karena kita bukan bagian dari dunia ini, maka kita tidak akan turut dihancurkan dengan dunia ini. Sebelum penghancuran itu terjadi, kita akan diungsikan Tuhan, dibawa-Nya ke tempat dimana tidak ada kejahatan. Ia akan mengangkat kita dan selama-lamanya kita akan bersama-sama dengan Tuhan (1Tes. 4:17).


Kita adalah orang-orang yang akan dibawa Tuhan keluar dari dunia ini ke dunia baru, yaitu kota yang memiliki dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. Itulah kota yang dirindukan oleh Abraham (Ibr. 11:10). Kerinduannya terhadap kota itu mendorong Abraham meninggalkan Ur-kasdim dan tidak pernah berniat kembali ke negerinya, walaupun ia akhirnya juga mati dan tidak menemukan negeri itu. Sekalipun hidup di zaman Perjanjian Lama, namun Abraham sudah menghayati betapa tidak bernilainya hidup di bumi ini, dan sudah merasa bahwa dirinya bukan bagian dari dunia ini. Itulah sebabnya ia merindukan tempat lain; merindukan yang disediakan oleh Tuhan, yang dihargainya lebih daripada apa pun dan siapa pun.


Oleh sebab itu, kalau mau menjadi orang yang berasal dari atas, kita harus bertekad untuk tidak menjadi bagian dari dunia ini. Caranya adalah dengan meninggalkan percintaan yang umumnya dimiliki manusia terhadap dunia ini. Kita tidak berkewajiban memiliki segala sarana yang ada di dunia ini; sesungguhnya yang terpenting adalah melayani Tuhan dengan segala sesuatu yang ada pada kita.


Dengan meneladani Abraham, seharusnya kita hidup di dunia ini juga hanya mau mencari kota Tuhan. Orang-orang yang tidak mau meneladani Abraham adalah mereka yang menganggap hidup hari ini dan pemenuhan kebutuhan jasmani sebagai hal yang utama, dan masalah apa yang terjadi sesudah mati nanti, terserah Tuhan saja. Artinya mereka menyatakan dirinya bagian dari dunia ini. Sama seperti dunia yang akan dihancurkan saat akhir zaman nanti, mereka akan turut dihancurkan dan masuk dalam api kekal. Tak ada bedanya mereka dengan orang fasik, sebab persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yak. 4:4).



Tekad untuk tidak menjadi bagian dari dunia ini menuntut komitmen untuk meninggalkan percintaan terhadap dunia ini.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Berasal Dari Atas

Renungan harian Virtue Notes, 28 April 2011

Berasal Dari Atas



Bacaan: Yohanes 17: 9-16


17:9 Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu

17:10 dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.

17:11. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.

17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.

17:13 Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.

17:14 Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.

17:15 Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.

17:16 Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.



Mengapa Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita bukan dari dunia ini, seperti Dia juga bukan dari dunia ini (ay. 16)? Maksud-Nya adalah, ternyata orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan sepenanggungan dengan-Nya dinyatakan-Nya sebagai “bukan berasal dari dunia ini”, dengan kata lain, “berasal dari atas”. Ini menunjukkan bahwa orang percaya adalah milik Tuhan.


Untuk menjadi milik Tuhan secara benar, kita harus hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah secara mutlak dan dalam kedaulatan Allah secara absolut. Sesungguhnya orang yang tidak hidup dengan cara demikian tidak pernah dimiliki oleh Tuhan selamanya. Itu berarti mereka tidak bisa digolongkan sebagai “berasal dari atas”. Mereka yang tidak berasal dari atas akan dibinasakan bersama-sama dengan kuasa kegelapan dalam lautan api. Itulah kehinaan kekal.


Sementara orang percaya masih tinggal di dunia ini, Tuhan Yesus memohon kepada Bapa agar Ia melindungi mereka dari yang jahat (ay. 15). Maksudnya agar orang percaya terhindar dari cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa. Perlindungan itu akan membuat orang percaya mampu hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah dan dalam kedaulatan-Nya secara absolut. Oleh sebab itu kita harus memberi diri hidup dalam perlindungan Bapa. Dengan memberi diri hidup dalam perlindungan Bapa, artinya kita memanfaatkan fasilitas atau kuasa (ξουσία, eksusía) supaya menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12–13). Tanpa memanfaatkan fasilitas tersebut, perlindungan itu tidak akan dialami. Jadi, orang percaya tidak otomatis terlindungi, kecuali memanfaatkan kuasa atau fasilitas dari Allah.


Ada hal-hal yang perlu dilakukan untuk memanfaatkan kuasa tersebut. Pertama, menyambut Yesus dan sungguh-sungguh percaya penebusan-Nya di kayu salib. Kedua, mempelajari Firman Tuhan atau Injil yang diajarkan-Nya, meneladani kehidupan-Nya dan mohon kepada Roh Kudus untuk menerangi hati kita supaya mengerti. Ketiga, menerima setiap kejadian sebagai cara Tuhan menggarap kita untuk menjadi serupa dengan Yesus. Dengan menyelenggarakan proses ini, kita akan menunjukkan bahwa Allah Bapa di Surga adalah satu-satunya Pribadi yang layak menerima segala hormat, bukan oknum lain. Inilah cara kita hidup di pihak Tuhan.


Dengan menjadi orang percaya seperti ini, kita akan dilayakkan berada di tempat di mana Tuhan Yesus berada, tidak turut dibinasakan bersama dengan dunia ini (Yoh. 14:1-3). Inilah kemenangan iman Kristen yang sejati, yaitu menang seperti Tuhan Yesus yang hidup dalam ketaatan secara mutlak kepada Bapa.



Orang yang dimiliki Tuhan harus hidup dalam penurutan terhadap kehendak-Nya dan dalam kedaulatan-Nya secara absolut.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Rohlah Yang Memberi Hidup

Renungan Harian Virtue Notes, 27 April 2011

Rohlah Yang Memberi Hidup



Bacaan: Yohanes 6: 63


6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.



Tuhan Yesus menyatakan bahwa “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” (ay. 63) Kata “memberi hidup” dalam teks aslinya adalah ζωοποιέω (zōopīéō) yang artinya bukan hanya “memberi hidup”, tetapi juga “membuat hidup” dan “membangkitkan”.


Agar proses memberi hidup atau membangkitkan ini terjadi, seseorang harus menerima perkataan Tuhan Yesus yang merupakan roh dan hidup, tidak seperti perkataan-perkataan yang diajarkan banyak orang, yang bernuansa pemenuhan kebutuhan jasmani, humanisme dan pengembangan kepribadian (aktualisasi diri) yang berlatar belakang pada pendekatan psikologis. Itu semua bersifat kedagingan, padahal Tuhan mengatakan, “Daging sama sekali tidak berguna.


Kalau kita lihat, ajaran-ajaran kedagingan seperti itu banyak diberitakan di mimbar-mimbar Kristen hari ini. Pemberitaan seperti itu bisa saja membuat orang Kristen yang mendengarnya menjadi orang baik, seperti banyak orang non-Kristen juga baik; tetapi belum tentu membuat mereka mengalami kelahiran baru.


Sebagai roh yang memberi hidup, Firman yang disampaikan haruslah yang diajarkan Kristus—Firman Tuhan yang murni dan tidak dipalsukan. Ini dipertegas juga dengan tulisan Paulus, “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus” (Rm. 10:17). Hanya Firman yang memberitakan perkataan Kristus yang benarlah yang dapat membangun iman yang benar dan merupakan dasar dari pengiringan kepada Tuhan Yesus.


Dalam kesaksian pelayanannya, Paulus mengatakan bahwa ia tidak lalai mengajarkan semua yang harus jemaat pahami melalui berbagai pertemuan yang mereka lakukan baik di muka umum maupun pertemuan-pertemuan kecil di rumah-rumah mereka (Kis. 20:20). Dari pemberitaan lengkap Firman yang menekankan semua pokok pengajaran, terbentuklah kesadaran mengenai kebenaran. Kebenaran inilah yang memerdekakan kita, kebenaran Kristus yang memberi hidup.


Maka kita perlu mewaspadai pengajaran yang menekankan satu pokok—biasanya yang disukai orang dunia—dan mengabaikan pokok lain, sebab ini mengakibatkan penyesatan. Misalnya hanya menekankan berkat dan mengabaikan salib yang harus dipikul dalam mengikut Tuhan; menekankan mukjizat dan mengabaikan tanggung jawab; dan sebagainya.



Hanya Firman Tuhan yang murni dan tidak dipalsukanlah yang memberi hidup.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Dua Konsep Besar

Renungan Harian Virtue Notes, 26 April 2011

Dua Konsep Besar



Bacaan: Lukas 4: 5-8


4:5 Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.

4:6 Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.

4:7 Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."

4:8 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"



Di dalam kehidupan ini hanya ada dua konsep besar, yaitu konsep Allah dan konsep Iblis. Yang satu adalah kebenaran, yang lainnya dusta. Inilah bedanya keselamatan dari Tuhan dan keselamatan palsu dari Iblis. Setiap manusia harus menentukan pilihannya. Tidak seorang pun yang bisa berpijak di dua wilayah, sebab Tuhan berkata, “Siapa yang tidak bersama Aku, ia melawan Aku” (Luk. 11:23).


Keselamatan palsu dari Iblis bersifat untuk hari ini dan sementara; keselamatan dari Tuhan terfokus pada kehidupan yang akan datang dan kekal. Keselamatan palsu dari Iblis bersifat kesenangan lahiriah kedagingan; keselamatan dari Tuhan tidak terfokus kepada makan dan minum, tetapi kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm. 14:17). Iblis selalu saja mengupayakan kesenangan lahiriah manusia di bumi ini agar manusia dapat melupakan Allah. Dengan membuat hidup manusia di bumi ini menjadi nyaman senyaman-nyamannya, manusia akan meninggalkan Tuhan dan rencana-Nya.


Ini terbukti dengan apa yang terjadi saat Iblis mencobai Tuhan Yesus. Iblis menawarkan keindahan dunia ini. Kalau bukan Yesus, banyak orang yang mengalami pencobaan seperti itu pasti jatuh, sebab manusia memang mencintai dunia dan mengejar keadaan nyaman di dunia. Tanpa sadar bahwa ia jatuh ke dalam perangkap Iblis agar ia menikmati dunia hari ini tanpa Tuhan. Dan seperti Iblis berkata, “Jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu,” orang yang terikat dengan dunia ini sama dengan menyembah Iblis.


Maka kita harus senantiasa berjaga-jaga, agar kita tidak merasa nyaman dalam kehidupan ini sampai-sampai kita tidak merasa memerlukan siapa-siapa, bahkan Tuhan sendiri. Ini keadaan gawat yang harus diwaspadai, sebab dalam diri manusia memang ada hasrat seperti ini, yaitu percintaan dunia.


Keselamatan yang sesungguhnya dari Yesus adalah di langit dan bumi baru, seperti sabda-Nya, “Di rumah Bapaku banyak tempat tinggal” (Yoh. 14:2). Berapa banyak dari kita yang merindukan rumah Bapa? Iblis membuat Rumah Bapa menjadi tidak menarik, karena rumah “bapa yang lain”—yaitu Iblis—di bumi ini dirasa lebih nyaman. Itulah tawaran keselamatan palsu dari Iblis.


Mari kita berpikir bahwa kenyamanan hidup yang kita harapkan bukanlah di bumi ini, melainkan di langit dan bumi yang baru, di Kerajaan Bapa di Surga nanti. Untuk ini kita harus terus melatih diri bagaimana hidup dalam kesederhanaan, merasa puas dengan apa yang ada.



Kenyamanan hidup yang kita harapkan bukanlah di bumi ini, melainkan di langit dan bumi yang baru, di Kerajaan Bapa nanti.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Menolak Dilahirkan Baru

Renungan Harian Virtue Notes, 25 April 2011

Menolak Dilahirkan Baru



Bacaan: Roma 12: 2


12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.



Bisakah seseorang menolak untuk dilahirkan baru? Ternyata bisa. Perhatikan ucapan Tuhan Yesus kepada Nikodemus, “Kamu harus dilahirkan kembali” (Yoh. 3:7). Ini suatu perintah; dan kalau Tuhan memberi perintah atau panggilan, tentu terdapat unsur dimana orang yang menerima perintah atau panggilan itu memberi respons. Respons tersebut harus dalam tindakan secara konkret dan terus-menerus yaitu percaya yang benar.


Tanpa kepercayaan yang benar kepada Tuhan Yesus, seseorang menolak untuk dilahirkan baru. Ini dikatakan sebab percaya bukanlah sekadar persetujuan pikiran, melainkan sebuah tindakan atau perbuatan menuruti kehendak-Nya. Orang yang dilahirkan baru adalah orang yang menerima karya keselamatan, dan akan dimuliakan bersama Kristus. Karena itu tidak mungkin seseorang dilahirkan baru apabila ia tidak mau mengikuti jejak-Nya dan mengikuti gaya hidup-Nya. Mengikuti jejak dan gaya hidup Kristus inilah yang dikatakan percaya kepada-Nya, sebab Ia mengatakan, “Ikutlah Aku.” Jika kita percaya, pasti kita akan mengikuti-Nya sampai memiliki pikiran dan perasaan-Nya (Flp. 2:5). Tuhan tidak mudah percaya ucapan bibir kita; Ia akan melihat respons kita.


Berkenaan dengan ini, Paulus menulis, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini.” Apabila kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus, kita pasti berbeda dengan dunia ini, sebab pikiran dan perasaan Kristus sangat jauh dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan manusia di dunia ini pada umumnya. Ia hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh. 4:34), sementara dunia—maksudnya manusia yang tidak percaya kepada Kristus—mencari kehendak diri sendiri dan melakukan berbagai pekerjaan untuk memenuhi keinginan diri sendiri.


Mari kita tilik hati kita, apakah kita masih berpola pikir dan bergaya hidup sama dengan mereka yang tidak percaya kepada Kristus? Masihkah kita mengejar pemenuhan kehendak diri kita sendiri, bukan kehendak Allah? Masihkah kita mencari kehormatan pribadi, bukan mencari tempat di mana kita bisa menghamba sepenuhnya kepada Allah? Bila kita masih serupa dengan dunia, berarti kita tidak percaya kepada Kristus. Bila kita tidak percaya, berarti kita menolak dilahirkan baru. Bila renungan hari ini menyadarkan kita, mari kita putar haluan sekarang juga, berbalik kepada Kristus.



Bila kita masih serupa dengan dunia, berarti kita tidak percaya kepada Kristus dan menolak dilahirkan baru.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Misteri

Renungan Harian Virtue Notes, 24 April 2011

Misteri



Bacaan: Yohanes 3: 1-8

3:1. Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi.

3:2 Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."

3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."

3:4 Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"

3:5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.

3:6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

3:7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.

3:8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."

Kalau Tuhan Yesus menggunakan istilah “kelahiran baru” untuk proses keselamatan, maka proses kelahiran baru juga memiliki kesejajaran dengan proses kelahiran manusia. Tidak mungkin Tuhan menggunakan istilah ini tanpa memiliki keterkaitan dengan proses kelahiran secara umum. Maka mau tidak mau kita harus membandingkan proses kelahiran baru dengan proses pembuahan dan kelahiran.


Dalam biologi, proses pembuahan yang akan menghasilkan kehamilan dan berlanjut kelahiran adalah proses yang harus dikategorikan misteri. Proses pembuahan diawali oleh pertemuan antara gamet (sel reproduksi) pria (sperma) dan gamet wanita atau sel telur (ovum), yang menghasilkan zigot. Zigot membelah diri menjadi embrio, yang terus berkembang menjadi janin (calon bayi yang akan dilahirkan).


Fenomena pembuahan ini adalah sebuah misteri kehidupan. Tak seorang pun tahu bilamana sebuah pembuahan berhasil menghasilkan organisme yang sehat dan normal. Nantinya setelah janin dalam rahim bertumbuh atau berkembang, baru tampaklah kehamilan tersebut. Sampai sekitar sembilan bulan, terjadilah kelahiran.


Bagi manusia yang hidup pada abad pertama—saat Yesus mengajar—belum ada teknologi medis dalam ilmu ginekologi (ilmu kandaungan) seperti hari ini, karena itu proses kelahiran jauh lebih misterius bagi mereka daripada pemahaman kita hari ini. Mereka juga tidak mengerti mengapa ada pasangan suami istri yang baru menikah langsung bisa memperoleh anak, tetapi pasangan lain yang sudah belasan tahun menikah tak kunjung berhasil memperoleh anak.


Dengan menilik proses kelahiran dari sudut pandang manusia abad pertama, kelahiran baru juga semestinya merupakan sesuatu yang misterius. Maksudnya, tidak mudah seseorang mengklaim dirinya sudah lahir baru—apalagi menilai sesamanya sudah atau belum lahir baru. Namun di kemudian hari, seiring dengan perjalanan waktu, akan tampak buah dari seseorang yang sudah benar-benar mengalami kelahiran baru.


Kelahiran baru bukanlah suatu kejadian yang terjadi sekejap atau instan, melainkan melalui proses panjang hingga tampak buahnya yaitu buah roh. Dengan melalui proses ini, kita akan tahu bahwa kita sudah lahir baru bilamana buah rohlah yang kita tunjukkan, bukan perbuatan daging (Gal. 5:16–23). Dan dengan demikian kita juga yakin bahwa kita benar-benar sudah menjadi anak-anak Allah, karena Ialah yang melahirkan kita (Yoh. 1:13). Jalanilah proses ini, dan sekalipun misterius, pada saatnya kita akan melihat bahwa kita sungguh-sungguh telah lahir baru.

Proses kelahiran baru memang misterius, namun akan tampak buah roh dari seseorang yang sudah benar-benar lahir baru.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Bekerja Sama

Renungan Harian Virtue Notes, 23 April 2011

Bekerja Sama



Bacaan: Roma 8: 28


8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.



Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus menyangkut proses yang berlangsung dalam diri kita. Tetapi sebelum kita membahas proses tersebut, sebelumnya kita harus mengetahui dan memercayai prinsip yang terpenting, bahwa keselamatan hanya ada di dalam Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada jalan keselamatan di luar karya keselamatan yang telah dikerjakan oleh Tuhan Yesus di kayu salib. Tidak ada peluang untuk mempercayai ada keselamatan di luar Kristus.


Setelah itu, kita harus memahami titik berat proses keselamatan. Dewasa ini banyak orang yang menganggap titik berat keselamatan adalah bahwa Tuhan Yesus menyelesaikan semua masalah dalam hidup ini, seperti kemiskinan, sakit-penyakit, pekerjaan, jodoh. Ini pandangan yang keliru dan menyesatkan. Harus ditegaskan bahwa proses keselamatan tidak menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan jasmani, melainkan pembentukan karakter (character building) (Rm. 14:17). Oleh karena itu pelayanan gereja yang menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan jasmani sejatinya menyesatkan, sebab akan sangat menghambat usaha Tuhan mengembalikan manusia pada rancangan semula, membentuk manusia seperti yang dikehendaki-Nya.


Proses keselamatan, yakni pembentukan karakter ini merupakan suatu proses yang membutuhkan waktu, sebab mustahil seseorang mendadak menjadi sempurna. Ini berarti proses keselamatan berlangsung melalui segala keadaan dan kejadian yang dialami seseorang dan terjadi dalam keterlibatan Tuhan. Oleh sebab itu dibutuhkan kerja sama atau usaha dua pihak—Tuhan dan kita—untuk mewujudkannya.


Perlu diketahui bahwa kata “turut bekerja” dalam ayat bacaan kita hari ini, Rm. 8:28 adalah συνεργέω (synergéō) yang merupakan gabungan dua kata, σύν (sýn) dan ργον (érgon). Sýn berarti “bersama”, dan érgon berarti “bekerja”. Berarti synergéō berarti “bekerja sama”, “bekerja sebagai mitra untuk mencapai tujuan bersama”. Dari kata inilah kita mengenal kata modern sinergi, yang mengalami penyempitan makna sebagai “bekerja sama untuk memperoleh hasil gabungan yang lebih tinggi daripada jumlah hasil jika masing-masing pihak bekerja sendiri.” Jadi jelas bahwa Allah tidak bekerja sendiri dalam hal ini; kita pun harus ikut terlibat. Pengharapan kehidupan di dunia ini hanyalah Kerajaan Surga. Hidup di dunia ini hanyalah persiapan untuk kehidupan yang akan datang, seperti persemaian. Kita disemai untuk kehidupan yang akan datang, yang merupakan tujuan kita. Fokuskan diri kita untuk meraihnya, dengan bekerja sama dalam proses keselamatan.



Proses pembentukan karakter kita membutuhkan kerja sama Tuhan dan kita dalam segala keadaan dan kejadian yang kita alami.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Pertobatan Dan Kelahiran Baru

Renungan Harian Virtue Notes, 22 April 201

Pertobatan Dan Kelahiran Baru



Bacaan: 1 Petrus 1: 22-23


1:22 Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.

1:23 Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.



Saat berbicara mengenai keselamatan, mau tidak mau kita juga harus menyentuh hal pertobatan dan kelahiran baru. Dengan membicarakan dua pokok masalah ini, kita akan menemukan jawaban yang lebih argumentatif atau berdasar kuat untuk menjawab pertanyaan yang sering muncul dan menjadi bahan perdebatan, yaitu apakah keselamatan yang dimiliki seseorang bisa hilang.


Pertobatan dan kelahiran baru adalah suatu hal yang sangat pribadi sifatnya. Tidak seorang pun dapat menilai atau menyatakan dengan mudah bahwa seseorang telah mengalami kelahiran baru. Tidak bisa kita mengatakan kepada seseorang yang baru pertama kali mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus bahwa ia telah lahir baru; tidak bisa pula kita pakai gejala-gejala seperti menangis dan mengaku menyesal atas dosa-dosa sebagai ukuran pasti bahwa seseorang telah bertobat dan mengalami kelahiran baru. Itu semua belum tentu.


Pada intinya seseorang yang tidak mengalami kelahiran baru tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah; tetapi kelahiran baru tidak mungkin terjadi tanpa pertobatan. Keduanya tidak dapat dipisahkan sama sekali, seperti dua sisi dari sekeping mata uang, yang disebut sebagai mata uang keselamatan. Proses kelahiran baru dan pertobatan merupakan proses yang berjalan bersamaan, bahkan bisa dikatakan merupakan proses yang sama. Kalaupun kita mengatakannya sebagai dua hal yang berbeda memang bisa saja, tetapi itu disebabkan oleh cara memandang, dan penjelasan yang sudut pandangnya berbeda.


Sesungguhnya, kelahiran baru adalah buah atau akibat proses pertobatan yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus. Kelahiran baru adalah akumulasi pertobatan yang membuat seseorang berbeda dari keadaan yang sebelumnya, dengan kata lain, pertobatan demi pertobatan akan membuat diri kita mengalami kelahiran baru. Pertobatan bukanlah kejadian sekali saja saat kita pertama kali menerima Yesus, melainkan proses yang terjadi secara terus-menerus dan berulang-ulang.


Kelahiran baru dan pertobatan merupakan sarana bagi diri kita untuk menjalankan proses keselamatan. Pertobatan menunjuk kepada proses perubahan dari seorang yang menerima karya Roh Kudus untuk proses penyelamatan tersebut, sedangkan kelahiran baru hendak menunjuk kepada keadaan kita yang baru dalam menerima karya Roh Kudus untuk diselamatkan. Sudahkah kita mengalami proses ini? Jika belum, jangan tunda lagi untuk mengalaminya sekarang.



Kelahiran baru dan pertobatan merupakan sarana bagi kita untuk menjalankan proses keselamatan.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Bagaikan Uap

Renungan Harian Virtue Notes, 21 April 2011

Bagaikan Uap


Bacaan: Yakobus 4: 13-14


4:13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",

4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.



Manusia pada umumnya menganggap kemiskinan, tidak terhormat, terhina dan berbagai kegagalan hidup di dunia ini sebagai malapetaka puncak yang sangat ditakuti. Mereka malu apabila mengalami hal-hal tersebut, dan karenanya berjuang keras melakukan apa saja supaya terhindar darinya, termasuk mengorbankan Tuhan dan kerajaan-Nya. Sayangnya, setelah memperoleh apa yang disebut dunia ini sebagai kesuksesan, mereka tidak puas dan ingin mengejar yang lebih besar lagi, demikian seterusnya tanpa habisnya, dan akhirnya Tuhan tidak memiliki tempat dalam kehidupan mereka.


Orang-orang berpikir demikian, sebab umumnya mereka menganggap kehidupan di bumi ini sebagai satu-satunya hidup. Mereka bisa mengaku Kristen, tetapi jika terus mengejar kesuksesan duniawi dengan segala cara, sesungguhnya mereka membuktikan bahwa mereka tidak percaya adanya kekekalan. Mereka tidak menyadari bahwa kehidupan kita tak ada artinya dibandingkan kekekalan, bagaikan uap yang terlihat sebentar saja lalu lenyap. Begitu mereka menutup mata untuk selama-lamanya dan melihat realitas kekekalan, barulah mereka sadar bahwa sudah tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki diri.


Jangan seperti Esau yang gara-gara sepiring makanan menjual hak kesulungannya dan kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya (Ibr. 12:16–17). Sekalipun meraung-raung dengan sangat keras dalam kepedihan hati, tidak ada gunanya lagi. Hari ini air mata kita dan waktu yang tersedia bisa menyelamatkan kita, tetapi suatu hari nanti, air mata tidak bisa menyelamatkan kita, sebab tidak ada lagi waktu atau kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri.


Kalau hari ini kita masih mengorbankan apa yang Tuhan kehendaki demi harkat dan martabat kita di bumi, bertobatlah sekarang juga. Kita harus sadar bahwa mengejar segala keinginan duniawi tersebut berarti menyia-nyiakan waktu yang disediakan Tuhan untuk membentuk kita dan mempersiapkan kita memasuki kekekalan. Kekekalan itulah kehidupan yang sesungguhnya, dan tiada taranya dibandingkan dengan kehidupan hari ini.


Apabila kita takut gagal di mata dunia, akibatnya kita bisa gagal di mata Tuhan dan akhirnya bisa binasa. Tetapi apabila kita tidak ingin gagal di mata Tuhan, Ia niscaya tidak akan meninggalkan kita. Ia akan membuat kita semakin efektif untuk melayani-Nya, sehingga tidak hanya menjadi sukses di mata-Nya, di mata dunia pun kita akan dipandang sukses.



Takut gagal di mata dunia mengakibatkan gagal di mata Tuhan; Meraih sukses di mata Tuhan akan membuahkan sukses di mata dunia.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Pelajaran Setiap Hari

Renungan Harian Virtue Notes, 20 April 2011

Pelajaran Setiap Hari



Bacaan: Ratapan 3: 17-25

3:17 Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan.

3:18 Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada TUHAN.

3:19 "Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu."

3:20 Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku.

3:21. Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap:

3:22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,

3:23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!

3:24 "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.

3:25 TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.

Nabi Yeremia menulis kitab Ratapan sebagai jeritan hatinya atas kemalangan bangsa Israel dan kehancuran kota Yerusalem oleh orang Kasdim. Tetapi luar biasanya, di tengah sengsaranya ia masih bisa berseru, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (ay. 22–23).


Seruan Yeremia ini berarti di tengah kesesakan pun ia masih merasakan kasih setia Tuhan dan rahmat-Nya yang selalu baru setiap hari. Jelas, artinya tidak hanya berkat jasmani untuk penghidupan nafkah jasmani kita—sebab berkat jasmani itu tak kentara di tengah kesesakan—tetapi berkat-berkat rohani, yang meliputi pelajaran baru setiap hari, untuk mempersiapkan kita memasuki kekekalan. Sesungguhnya inilah yang lebih penting daripada berkat jasmani.


Dalam kesesakan pun Allah tetap memberi pelajaran yang berharga kepada kita. Terlebih lagi sebagai umat Perjanjian Baru, pelajaran yang kita peroleh lebih berharga daripada di zaman Yeremia, sebab Allah yang adalah Bapa segala roh menginginkan roh kita yang berasal dari-Nya kembali kepada-Nya dengan pembentukan jiwa yang sempurna, seperti Putra tunggal-Nya. Untuk membentuk kita menjadi seperti yang diinginkan-Nya itu, Ia menggunakan segala hal yang kita alami untuk menyempurnakan kita (Rm. 8:28).


Seperti Yeremia yang menemukan kebaikan Tuhan di tengah kesesakan (ay. 25), kita pun harus selalu melihat kebaikan Tuhan di tengah berbagai peristiwa yang kita alami, baik atau buruk. Kita harus menerimanya sebagai pelajaran yang digunakan Tuhan untuk membentuk kita. Ia baik, karena pembentukan-Nya itu akan terus menyempurnakan kita.


Seberapa kemuliaan yang akan kita terima kelak juga tergantung dari minat dan keseriusan kita belajar dibentuk Tuhan. Memang tidak ada orang yang berminat masuk neraka, tetapi kalau tidak serius dan tidak berminat belajar dibentuk Tuhan, jelas orang itu berminat masuk neraka, sebab tidak memilih Tuhan berarti memilih setan.


Kalau kita disebut murid Tuhan, kita harus mau diproses untuk berubah, dari bodoh jadi pintar, dari tidak cakap menjadi cakap, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Itu sudah termasuk dalam harga yang harus kita bayar, yaitu segenap hidup kita. Terimalah segala hal sebagai pelajaran dan didikan Tuhan, dan teladanilah erus Tuhan Yesus agar dapat memiliki iman yang sempurna (Ibr 12:3–6).

Dalam segala hal, Allah memberi pelajaran yang berharga untuk membentuk kita menjadi seperti yang diingini-Nya.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger