RSS
email

Dapatkan Renungan Virtue Notes Langsung ke Email Anda!

0

Karena Sepiring Makanan

Renungan Harian Virtue Notes, 28 Pebruari 2011

Karena Sepiring Makanan



Bacaan: Kejadian 27: 34-40


27:34 Sesudah Esau mendengar perkataan ayahnya itu, meraung-raunglah ia dengan sangat keras dalam kepedihan hatinya serta berkata kepada ayahnya: "Berkatilah aku ini juga, ya bapa!"

27:35 Jawab ayahnya: "Adikmu telah datang dengan tipu daya dan telah merampas berkat yang untukmu itu."

27:36 Kata Esau: "Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku." Lalu katanya: "Apakah bapa tidak mempunyai berkat lain bagiku?"

27:37 Lalu Ishak menjawab Esau, katanya: "Sesungguhnya telah kuangkat dia menjadi tuan atas engkau, dan segala saudaranya telah kuberikan kepadanya menjadi hambanya, dan telah kubekali dia dengan gandum dan anggur; maka kepadamu, apa lagi yang dapat kuperbuat, ya anakku?"

27:38 Kata Esau kepada ayahnya: "Hanya berkat yang satu itukah ada padamu, ya bapa? Berkatilah aku ini juga, ya bapa!" Dan dengan suara keras menangislah Esau.

27:39 Lalu Ishak, ayahnya, menjawabnya: "Sesungguhnya tempat kediamanmu akan jauh dari tanah-tanah gemuk di bumi dan jauh dari embun dari langit di atas.

27:40 Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu. Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu."



Dalam kisah mengenai Esau dan Yakub, kita dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai akibat seseorang yang kehilangan kesempatan untuk diberkati Tuhan (berkat jangan selalu dimengerti sekadar materi).


Sejak kecil kalau penulis mendengar kisah ini, ada perasaan sedih dalam hati saya. Saya tak habis pikir, mengapa Esau sebodoh itu. Dalam ay. 34 tertulis, “… meraung-raunglah ia dengan sangat keras dalam kepedihan hatinya…” Esau meraung-raung dengan sangat keras dalam kepedihan hati, tetapi sudah terlambat. Ia telah menukar hak kesulungannya dengan Yakub yang berhak memperolehnya. Jarang Alkitab mencatat kalimat seperti yang terdapat dalam ayat ini. Mari pelajaran ini kita perhatikan dengan serius, agar nasib yang dialami Esau tidak pernah terjadi dalam hidup kita.


Dalam Perjanjian Baru, kisah mengenai penyesalan Esau ini juga dikutip oleh penulis kitab Ibrani. Dalam nasihatnya, ia menuls, “Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata” (Ibr. 12:16–17).


Cabul di sini aslinya menggunakan kata πόρνος (pórnos) yang berarti “pelacur”. Tapi yang dimaksud lebih luas daripada cabul porno, yaitu mendewakan sesuatu. Orang Kristen seharusnya dipersiapkan untuk menjadi mempelai wanita Kristus, sehingga apabila masih mendewakan harta benda, kebanggaan pribadi, pangkat, pendidikan, hobi dan sebagainya, itu berarti ia melacurkan diri, atau cabul.


Nafsu rendah yang dimaksud adalah keinginan terhadap hal-hal fana. Hari ini air mata kita dan waktu yang tersedia bisa menyelamatkan kita, tetapi suatu hari nanti, air mata penyesalan kita tidak bisa menyelamatkan lagi, sebab tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri. Banyak waktu, tenaga dan kesempatan yang kita hambur-hamburkan bukan untuk kehidupan yang bernilai di keabadian.


Seperti sepiring makanan menjatuhkan Esau, kesenangan-kesenangan sesaat telah menjerumuskan banyak orang ke dalam kegelapan abadi. Orang menganggap mencari Tuhan bukan hal yang utama. Banyak kegiatan hidup yang dimiliki menyita seluruh perhatian sehingga Tuhan tidak mendapat kesempatan dan tempat sama sekali. Mari bertobat, selagi masih ada kesempatan.



Jangan hamburkan waktu kita untuk kesenangan-kesenangan sesaat di dunia, tetapi fokuskan seluruh perhatian kita kepada Tuhan.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Keadaan Yang Paling Mengerikan

Renungan Harian Virtue Notes, 27 Pebruari 2011

Keadaan Yang Paling Mengerikan



Bacaan: Kejadian 3: 22-24


3:22. Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya."

3:23 Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.

3:24 Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.



Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan mengusir manusia dari taman Eden. Itu merupakan saat dan keadaan yang sangat tragis dan mengerikan. Sungguh dahsyat. Alkitab mencatat saat atau keadaan itu sebagai berikut, “Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil” (Kej. 3:23). Itu terjadi karena manusia tidak menghargai apa yang Tuhan Firmankan. Ini bukan sesuatu yang bisa dianggap sepele atau remeh. Adam dan Hawa pasti tidak pernah berpikir sekilas pun bahwa dengan tragis mereka akan diusir dari taman Tuhan.


Inilah hal yang memang disembunyikan oleh iblis. ia menjanjikan sesuatu yang kelihatannya menyenangkan, tetapi sebenarnya menjebak manusia untuk terperosok ke dalam kubangan yang sangat mengerikan. Salah satu cara iblis yang efektif membinasakan manusia adalah mengitimidasinya sehingga berpikir bahwa Tuhan dan Firmannya bukan kebutuhan yang penting dan mendesak. Berpikir bahwa masih ada kesempatan untuk mengutamakan Tuhan nanti.


Memang tidak ada saat dan keadaan yang lebih mengerikan daripada saat dan keadaan bilamana Tuhan tidak lagi memberi kesempatan bagi seseorang memperbaiki diri. iblis akan berusaha keras agar kita tidak memikirkan hal ini.


Itulah sebabnya iblis berupaya mengisi pikiran manusia dengan segala hal, sehingga tidak pernah berpikir mengenai hal ini. Banyak hal yang bisa dianggap tidak penting dan tidak mendesak, ada pula hal yang penting tetapi tidak mendesak. Tetapi ada yang penting dan mendesak. Banyak orang yang hari ini sebenarnya menganggap sepele apa yang Tuhan Firmankan. Mereka menganggap banyak hal yang dianggap penting dan mendesak meski sebenarnya tidak, sehingga kebutuhan untuk mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya dianggap bukan sesuatu yang penting dan mendesak, padahal inilah satu-satunya hal yang penting dan mendesak dalam kehidupan manusia. Orang-orang seperti ini akan kehilangan kesempatan untuk selamanya.


Biasanya orang tidak atau kurang mempertimbangkan akibat yang timbul dari keputusan dan tindakannya ini. Kalau itu berkenaan urusan dengan manusia, maka risikonya masih tidak berarti, tetapi kalau menyangkut urusan dengan Tuhan, sesungguhnya risikonya sangat besar. Maka Tuhan haruslah selalu didahulukan. Jangan sampai kesempatan untuk mendahulukan Tuhan sudah usai, sehingga seseorang tidak lagi memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri seperti Adam dan Hawa. Kalau kesempatan sudah usai maka keadaan menjadi fatal, yaitu kebinasaan abadi.



Jadikan kebutuhan untuk mengerti dan melakukan kehendak Tuhan sebagai sesuatu yang penting dan mendesak.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Agen iblis Dalam Gereja

Renungan Harian Virtue Notes, 26 Pebruari 2011

Agen iblis Dalam Gereja



Bacaan: 1 Korintus 15: 33


15:33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.



Untuk membangun compassion dalam diri kita, kita juga perlu membina kebersamaan dengan orang-orang yang telah memiliki beban yang benar terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. Compassion dalam diri seorang hamba Tuhan yang benar akan tertular pada orang dekatnya.


Dalam hal ini pergaulan sangat penting, seperti dikatakan oleh Rasul Paulus, bahwa pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Dalam terjemahan New International Version dikatakan, “Bad company corrupts good character” (pergaulan yang buruk merusakkan karakter yang baik). Harus kita perhatikan bahwa tidak semua anggota gereja memiliki dan memancarkan karakter atau spirit yang baik; tidak semua aktivis gereja yang mengambil bagian dalam kegiatan gereja memancarkan spirit yang baik; bahkan tidak semua yang disahkan sinode sebagai pendeta telah memiliki spirit yang baik. Ingat, Yudas Iskariot yang bersama-sama dengan Tuhan Yesus saja bisa memiliki spirit yang buruk, yaitu mencuri dan akhirnya mengkhianati Gurunya. Tentu sampai sekarang masih banyak orang-orang yang memiliki spirit seperti Yudas.


Kita harus selalu dalam kewaspadaan, supaya spirit kita jangan dirusak oleh agen-agen iblis di dalam gereja. Kalau iblis hanya memiliki agen di luar gereja, ia bukanlah mahkluk yang cerdas. Tetapi iblis bisa menyamar sebagai malaikat terang, maka bukan hal yang sulit baginya untuk menempatkan agen-agennya di dalam gereja (2 Kor. 11:13-15). Paulus pun menyinggung kenyataan adanya saudara-saudara palsu (2 Kor.11:26). Untuk membedakan apakah seseorang adalah saudara palsu atau tidak, kita harus menggunakan hati nurani yang bersih, yang diasah terus-menerus oleh kebenaran Firman Tuhan.


Yang menjadi agen-agen iblis di dalam gereja adalah orang-orang Kristen yang tidak dewasa, yang tidak bertumbuh dalam kebenaran, yang masih mau menyelamatkan nyawa atau mencari kesenangan hidup dan tidak sungguh-sungguh mengerti bagaimana menyelamatkan jiwanya sendiri. Mereka menjadi agen iblis yang sangat efektif. Mereka adalah sumber-sumber gosip yang merusak persekutuan. Untuk ini kita harus membangun persekutuan dengan orang-orang Kristen dewasa dan terus bertumbuh agar kita ikut tergarami dengan garam yang baik. Binalah persaudaraan dengan orang-orang yang memiliki beban yang tulus dan pengorbanan yang nyata bagi pelayanan pekerjaan Tuhan, sehingga spirit compassion yang benar menulari kita.



Pergaulan yang baik penting untuk membangun compassion yang benar.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Mengambil Bagian Dalam Pelayanan

Renungan Harian Virtue Notes, 25 Pebruari 2011

Mengambil Bagian Dalam Pelayanan



Bacaan: Kisah Para Rasul 20: 18-24


20:18 Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada mereka: "Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini:

20:19 dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.

20:20 Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu;

20:21 aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.

20:22 Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ

20:23 selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.

20:24 Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.



Hal penting lain yang harus dimiliki agar kita mempunyai compassion yang benar adalah melangkah untuk mengambil bagian dalam pelayanan. Apakah sebenarnya pelayanan itu? Pelayanan adalah usaha atau segala kegiatan dalam pimpinan Roh Kudus, untuk mengembalikan manusia kepada keadaan seperti sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Ini merupakan rencana Tuhan yang agung dan kekal, sebab Ia menghendaki makhluk ciptaan-Nya yang disebut manusia untuk memiliki keberadaan segambar dengan diri-Nya. Seperti yang dikatakan Alkitab, Allah menghendaki semua orang percaya dibentuk melalui segala keadaan agar serupa dengan Yesus Kristus putra-Nya (Rm. 8:28–29). Ini adalah proses untuk mengenakan kodrat Ilahi, agar terluput dari hawa nafsu dunia yang membinasakan (2Ptr. 1:3–4).


Dengan demikian kita harus memahami bahwa menjala jiwa atau menuai jiwa bukan sekadar membuat seseorang beragama Kristen, atau membuat seseorang pergi ke gereja dan menjadi anggotanya, melainkan harus mewarnai atau mengubah jiwa seseorang agar memiliki karakter Kristus.


Pelayanan yang benar akan menumbuhkan irama yang permanen dalam diri kita, sehingga kita memiliki compassion, beban untuk mempunyai belas kasihan terhadap dalam jiwa-jiwa yang terhilang. Irama ini harus terus kita tumbuhkan, agar sampai pada taraf tertentu, kita tidak bisa hidup tanpa melayani Tuhan. Menyelamatkan jiwa-jiwa adalah irama hidup kita, dan kita tidak menganggapnya kewajiban, melainkan kebutuhan.


Dengan memahami pelayanan yang benar, kita dapat menjadi pelayan Tuhan yang sejati. Bukan menjadi pegawai gereja, tetapi pegawai Tuhan. Kita bisa berkata seperti Rasul Paulus, “Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asalkan aku dapat… menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk bersaksi tentang Injil anugerah Allah.” (Kis. 20:24). Orang-orang seperti ini pantas disebut sebagai kekasih-kekasih Tuhan.


Harus kita sadari bahwa hari ini dunia sedang menuai jiwa-jiwa, dari anak-anak. sampai orang dewasa. Dunia menuai jiwa mereka dengan memberi pengaruh jahat kepada mereka agar tidak dapat menjadi warga Kerajaan Surga yang baik. Ini merupakan usaha Iblis untuk membawa sebanyak mungkin manusia ke dalam kegelapan abadi. Apa yang kita lakukan untuk mengantisipasi keadaan ini? Kita harus mengambil bagian untuk kegiatan ini, di bawah pimpinan Roh Kudus.



Berhati-hatilah! Dunia sedang menuai jiwa orang Kristen dengan memberi pengaruh jahat. Mari melawan!



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Persekutuan Dengan Tuhan

Renungan Harian Virtue Notes, 24 Pebruari 2011

Persekutuan Dengan Tuhan



Bacaan: 1 Korintus 6: 17


6:17 Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.



Rasul Paulus menuliskan bahwa orang yang mengikatkan dirinya dengan Tuhan menjadi satu roh dengan Dia. Satu roh artinya satu spirit. Maksudnya, juga mempunyai semangat, compassion, gairah surgawi, pikiran, prinsip yang sama dengan Tuhan. Ini seharusnya menjadi kerinduan kita. Sebagai orang percaya, sangat penting bagi kita untuk selalu dalam persekutuan dengan Tuhan. Persekutuan inilah yang akan membuat kita menerima impartasi spirit, maksudnya memungkinkan kita juga memiliki gairah surgawi seperti yang dimiliki Tuhan Yesus.


Kita memang harus meneladani Paulus, yang ingin memiliki persekutuan dengan Tuhan dalam segala hal, termasuk dalam penderitaan-Nya (Flp. 3:10). Inilah yang disebut sependeritaan dengan Tuhan (Rm. 8:17). Proses ini adalah proses adikodrati, tetapi nyata terjadi dalam kehidupan orang percaya yang sungguh-sungguh mau menerima impartasi spirit dari Tuhan.


Persekutuan ini dimulai dari kehidupan doa pribadi yang ketat dan disiplin. Selanjutnya akan berlanjut menjadi persekutuan dua puluh empat jam dengan-Nya. Maksudnya adalah persekutuan yang berkesinambungan dengan Tuhan, apa pun yang kita lakukan, kapan saja dan di mana saja. Persekutuan dua puluh empat jam ini tidak bisa diajarkan dengan kata-kata atau kalimat, tetapi merupakan suatu penghayatan hidup, di mana seseorang berjalan dengan Tuhan. Jadi kalau kita tidak pernah memiliki jam doa yang ketat dan disiplin, jangan harap bisa mengerti apa artinya berjalan dengan Tuhan atau hidup di hadapan Tuhan.


Banyak orang menganggap remeh jam doa pribadi ini, sehingga mereka tidak pernah mempraktikkannya. Kalau tidak mau mulai mempraktikkannya, suatu hari kemudian ia tidak sanggup untuk mempraktikkannya sama sekali. Ia memang tidak bermaksud mau menyingkirkan atau membuang Tuhan, tetapi perilakunya berarti ia mengabaikan Tuhan sementara waktu. Ini sangat berbahaya, sebab bisa menciptakan suasana jiwa di mana seseorang tidak merasa dirinya memerlukan Tuhan lagi.


Kebersamaan terus-menerus dengan Tuhan ini akan menciptakan mekanisme impartasi spirit tersebut. Seperti Tuhan Yesus mengasihi jiwa-jiwa, demikian pula kita mengasihi jiwa-jiwa. Jadi kuncinya adalah persekutuan terus menerus, tiada henti; bukan sesaat saja. Persekutuan yang terus-menerus dan ditambah dengan memahami kebenaran Tuhan akan mencelikkan mata rohani kita untuk melihat kebutuhan keselamatan jiwa orang lain. Maka marilah kita memulai persekutuan kita dengan Tuhan sekarang.



Persekutuan dengan Tuhan memungkinkan kita memiliki gairah surgawi seperti yang dimiliki Tuhan Yesus.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Api Compassion

Renungan Harian Virtue Notes, 23 Pebruari 2011

Api Compassion



Bacaan: Imamat 10: 1-2


10:1. Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.

10:2 Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN.



Perjanjian Lama mencatat kisah tragis dua anak Harun yaitu Nadab dan Abihu yang mati dihanguskan oleh api yang keluar dari hadapan Tuhan. Kesalahan mereka adalah mempersembahkan api asing ke hadapan Tuhan. Hukuman itu dijatuhkan Tuhan kepada mereka karena mereka tidak taat kepada ketentuan-Nya, bahwa api yang boleh dipersembahkan hanyalah api dari mezbah yang di hadapan Tuhan (Im. 16:12). Demikian juga dengan api compassion. Compassion yang ada pada kita haruslah yang juga ada pada Tuhan Yesus Kristus. Api compassion ini haruslah api yang asli dari Tuhan, bukan api asing. Bagaimana kita dapat memiliki compassion yang benar?


Semua kebenaran yang diterima kita dalam taraf yang memadai akan membangun pola berpikir, yang kemudian akan membangun api compassion yang benar. Kalau pemahamannya akan Firman Tuhan salah, maka api compassion-nya juga salah atau asing. Misalnya, dengan pemahaman yang salah bahwa manusia hidup untuk menikmati dunia ini, dan berkat Tuhan adalah hidup berlimpah materi tanpa masalah di bumi, maka yang diusahakan dalam hidup ini hanyalah hal-hal tersebut. Pelayan Tuhan yang memiliki konsep tersebut kalau berdoa pastilah hanya untuk pemenuhan kebutuhan jasmani, padahal itu tidak menyelamatkan jiwa manusia.


Seruan terus-menerus agar kita belajar Firman Tuhan bermaksud agar kita memiliki api compassion yang benar. Memiliki motivasi hidup yang benar dalam pengabdian kepada Tuhan atau dalam pelayanan pekerjaan-Nya. Jadi, kalau sekarang kita melihat banyak orang sibuk dengan pelayanan pekerjaan Tuhan, gairah mereka yang menyala-nyala belum tentu dari api yang benar. Api yang benar dapat terbangun hanya oleh pengertiannya terhadap kebenaran yang murni. Maka perhatikan apa yang diajarkan mereka. Kalau ajaran mereka tidak sesuai dengan ajaran murni Tuhan Yesus, pastilah api mereka bukanlah api yang murni pula (Gal. 1:6–10).


Agar dapat memiliki compassion seperti seperti yang dimiliki Tuhan, yang terpenting adalah kita harus memiliki pikiran Allah. Untuk itu kita harus memahami rencana penyelamatan dunia ini. Untuk memahami penyelamatan dunia ini, kita harus mengerti Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh; menyangkut siapa Allah, mengapa Ia menciptakan manusia, siapa dan bagaimana manusia itu, mengapa manusia jatuh dalam dosa, bagaimana penyelesaian atas kejatuhan manusia, apakah keselamatan itu, bagaimana proses keselamatan dalam kehidupan orang percaya, apa tugas orang yang sudah diselamatkan, dan lain sebagainya.



Agar dapat memiliki compassion seperti yang dimiliki Tuhan, yang terpenting adalah kita harus memiliki pikiran Allah.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Jangan Kompromi

Renungan Harian Virtue Notes, 22 Pebruari 2011

Jangan Kompromi



Bacaan: Matius 22: 37-40


22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.

22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."



Banyak orang menemukan kesenangan-kesenangan di dalam gereja, sehingga mereka bisa menjadi pengunjung gereja yang setia, tetapi tidak bertumbuh dalam kedewasaan yang sesungguhnya. Di gereja mereka bertemu dengan orang-orang baik yang bisa diajak menikmati kesenangan bersama, dan berguna untuk beberapa kepentingan pribadi mereka. Dengan pergi ke gereja, ada ketenteraman jiwa, merasa bahwa dirinya memiliki jaminan masuk Surga, dan kalau meninggal pun jenazahnya ada yang mengurus.


Tentu lebih baik bergaul dengan orang yang baik, daripada orang rusak di luar gereja. Tetapi harus diingat, selain terdapat orang baik, di gereja juga terdapat orang yang selalu mencari kesempatan untuk memanfaatkan orang lain. Kelompok orang Kristen kualitas ini tidak sedikit di dalam segala denominasi. Mereka memiliki komunitas yang kadang kuat dan sangat berpengaruh di dalam gereja. Bila mereka memiliki kekuasaan yang kuat dalam organisasi, mereka bisa mengatur pendeta atau penatua, dan mengarahkan pelayanan pada arah yang tidak sesuai dengan kehendak Roh Kudus. Kalau kelompok ini berduit, maka kekuasaannya dalam gereja menjadi semakin kuat.


Pada dasarnya bagi orang-orang seperti ini kegiatan gerejawi bukanlah usaha untuk bertumbuh dalam kedewasaan rohani yang baik dan membangun jiwa serta semangat pelayanan yang murni untuk menyelamatkan jiwa orang lain. Ya, bagaimana bisa menyelamatkan jiwa orang lain? Jiwanya sendiri saja belum tentu selamat. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memerintahkan agar kita mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri. Kalau orang belum dapat mengasihi diri sendiri dengan benar, tak mungkin ia dapat mengasihi sesamanya.


Ciri-ciri orang Kristen yang mengganggu pekerjaan Tuhan ini adalah masih kompromi terhadap praktik-praktik hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak mau all out bagi Tuhan. Di mata manusia, memang mereka bukan orang jahat, tetapi sesungguhnya mereka tidak mengerti kebenaran sehingga tidak pernah memiliki compassion terhadap jiwa-jiwa orang lain maupun jiwanya sendiri.


Mari kita selidiki diri kita sendiri, jangan sampai kita terbilang dalam kelompok orang-orang yang mengganggu pekerjaan Tuhan ini. Sadarlah bahwa kita diciptakan bagi Tuhan, karena itu melayani Tuhan secara all out dan tidak kompromi dengan dunia merupakan irama hidup yang harus kita miliki.



Layanilah Tuhan dengan all out, dan jangan kompromi dengan dunia.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Compassion

Renungan Harian Virtue Notes, 21 Pebruari 2011

Compassion



Bacaan: Yunus 3: 10-4: 3


3:10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.

4:1. Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.

4:2 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.

4:3 Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup."



Dalam kisah Nabi Yunus, ia memberitakan berita penghukuman Allah kepada orang-orang Niniwe, tetapi setelah orang-orang Niniwe bertobat dan Allah tidak jadi menghukum kota itu, ia menjadi kesal dan marah kepada Allah. Ia hanya melakukan perintah tanpa memiliki perasaan yang sama dengan si Pemberi perintah. Allah sang Pemberi perintah itu adalah pengasih dan penyayang (4:2).


Dalam bahasa asli, “penyayang” adalah רַחוּם (rakhûm), yang berarti penuh compassion. Kata compassion berarti rasa simpati atau terbeban dan belas kasihan terhadap penderitaan atau kemalangan orang lain. Yunus melayani Allah, tetapi ia tidak memiliki perasaan compassion.


Pelayanan yang tidak disertai perasaan ini bukanlah pelayanan yang dikehendaki Tuhan. Tanpa compassion, suatu kegiatan pelayanan sangat tidak berkualitas, -ingat bahwa pelayanan kita kepada Tuhan adalah seluruh aspek kehidupan kita di dunia ini- hanya merupakan kegiatan bekerja, berumah tangga, gereja atau sosial atau beragama yang tidak menyenangkan hati Tuhan.


Banyak aktivis gereja yang turut mengambil bagian dalam pelayanan sesungguhnya juga tidak memiliki compassion; mereka tidak memiliki keterbebanan terhadap keselamatan jiwa orang lain. Sejatinya ini karena mereka juga tidak memiliki keterbebanan terhadap keselamatan jiwanya sendiri. Pernyataan ini barangkali dianggap berlebihan. Bukankah setiap orang peduli terhadap keselamatan jiwanya sendiri? Namun faktanya, benar bahwa tidak semua orang peduli terhadap keselamatan jiwanya sendiri, sebab mereka tidak mengerti kebenaran.


Orang yang belum mengerti kebenaran tidak akan memiliki langkah yang benar untuk menyelamatkan jiwanya. Mereka hidup untuk mencari dan menikmati kesenangan jiwa seperti anak-anak dunia menikmatinya; ingin memiliki pasangan hidup yang ideal, keluarga yang baik, penghasilan yang baik, banyak sahabat yang bisa diajak menikmati kesenangan bersama, dan sebagainya. Semua itu hanya kegiatan mengisi waktu yang tidak berguna membangun kedewasaan rohaninya sendiri dan penyelamatan jiwa orang lain. Orang-orang ini tidak sanggup memahami dan menghayati kekekalan. Bagi mereka, hidup hanya sekali, harus dinikmati, dan untuk itu mereka terus mengumpulkan harta di bumi.


Tanpa menyadari bahwa kita harus peduli terhadap keselamatan jiwa kita, adalah omong kosong jika kita mengaku peduli terhadap keselamatan jiwa orang lain. Karena itu selama masih ada kesempatan, bertobatlah dan pindahkan hati ke surga (Mat. 6:19–21); itu berarti kita peduli terhadap keselamatan jiwa kita.



Kepedulian terhadap keselamatan jiwa orang lain diawali dari kepedulian terhadap keselamatan jiwa kita sendiri.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Takluk Tanpa Syarat

Renungan Harian Virtue Notes, 20 Pebruari 2011

Takluk Tanpa Syarat



Bacaan: Kejadian 3: 1-6


3:1. Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"

3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,

3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,

3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

3:6. Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.



Manusia jatuh ke dalam dosa ketika manusia hendak bergeser dari tempatnya, ketika manusia hendak mengikuti jejak langkah Iblis. Manusia tidak bersedia dibawahi, didominasi atau dikuasai Allah. Manusia mau merdeka dan bebas melakukan apa pun yang diinginkannya. Ini terbukti karena manusia tergoda saat ular berkata, “… kamu akan menjadi seperti Allah…” (ay. 5).


Keselamatan dalam Yesus Kristus adalah upaya Allah untuk kembali mendominasi manusia; Sang Pencipta ingin mengikat ciptaan-Nya dengan “belenggu” kebenaran, agar manusia melakukan kehendak-Nya dan kembali ke tempat di mana ia harus berada sesuai dengan kehendak Penciptanya.


Pelanggaran terhadap perintah Tuhan adalah gejala dari orang yang tidak menempatkan Tuhan secara benar dalam hidupnya. Orang yang berkelakuan baik belum tentu menemukan tempatnya di hadapan Tuhan, tetapi orang yang menemukan tempatnya di hadapan Tuhan pasti berusaha untuk melakukan semua kehendak dan perintah Tuhan, dan pasti menjadi orang yang bukan saja baik, tetapi sempurna.


Dewasa ini, banyak orang diajar untuk menganggap dirinya telah menjadi umat Tuhan yang baik, dikasihi dan disayang-sayang Tuhan. Apalagi kalau mereka sudah merasa melakukan yang terbaik untuk Tuhan dengan memberikan persepuluhan, membantu pekerjaan misi, atau membantu sesama yang membutuhkan pertolongan. Menurut ukuran manusia, mereka tidak bercela; namun apabila mereka belum menemukan tempatnya di hadapan Tuhan, sejatinya di mata Tuhan status mereka masih sebagai pemberontak.


Inti Kekristenan bukanlah melakukan apa yang baik di mata manusia, melainkan menaklukkan diri sepenuhnya di bawah kedaulatan Tuhan tanpa syarat. Untuk ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pertama, ia harus memiliki kesediaan untuk melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan. Kedua, ia harus mengerti kebenaran Firman Tuhan atau Injil yang memberikan kepekaan kepadanya untuk mengerti kehendak Tuhan dengan tepat.


Dengan menaklukkan diri kepada Tuhan, kita dapat mengerti filosofi Paulus, yaitu “Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21). “Hidup adalah Kristus” itu pada prinsipnya adalah hidup untuk kepentingan Kristus. Jadi kalau hari ini kita sadar bahwa kita masih hidup untuk kepentingan kita sendiri dan belum mau didominasi oleh Allah, segeralah bertobat.



Inti Kekristenan adalah menaklukkan diri sepenuhnya di bawah kedaulatan Tuhan tanpa syarat.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
0

Tidak Melayani Berarti Memberontak

Renungan Harian Virtue Notes, 19 Pebruari 2011

Tidak Melayani Berarti Memberontak



Bacaan: Yesaya 14: 12-15


14:12 "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!

14:13 Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.

14:14 Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!

14:15 Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur.



Kita membaca fragmen dramatis dari kejatuhan seorang malaikat. Kita bisa memastikan bahwa oknum ini adalah makhluk istimewa yang bukan dari bumi, sebab dalam ay. 12 dikatakan bahwa ia “jatuh dari langit” dan “jatuh ke bumi”. Dalam teks aslinya, “jatuh dari langit” ditulis נָפַלְתָּ מִשָּׁמַיִם (nâfaltâ mishâmayim). Kata nâfaltâ berasal dari akar kata נָפַל (nâfal) yang juga berarti “dijatuhkan”, “digulingkan”, “dibuang”. Jadi ia dibuang dari langit ke bumi. Nama malaikat tersebut adalah Bintang Timur, yang dalam bahasa Ibrani ditulis הֵילֵל (Hêylêl) atau dalam bahasa Latin disebut Lucifer.


Dalam fragmen tersebut kita melihat bahwa Lucifer, oknum “Malaikat Jahat” itu mau mendirikan takhta mengatasi bintang-bintang Allah dan hendak menyamai Yang Mahatinggi (ay. 13–14). Pernyataan ini menunjukkan bahwa Lucifer berikhtiar melakukan kudeta dalam Surga, hendak merebut takhta Allah, atau paling tidak hendak menyamai-Nya. Padahal malaikat juga adalah ciptaan Tuhan, yang seharusnya melayani Tuhan.


Inti kesalahan Lucifer, malaikat yang jatuh itu, adalah ketika ia bergeser dari tempatnya. Ia menolak berada di tempat di mana Tuhan meletakkannya. Perhatikan bahwa dalam ay. 13–14 si malaikat berkata, “Aku hendak….” Ini menunjukkan bahwa malaikat juga memiliki kehendak bebas, seperti manusia.


Umat Perjanjian Baru adalah umat yang hendak ditempatkan Allah di tempat sebagaimana seharusnya manusia berada di hadapan-Nya. Karena itu sebagai umat Perjanjian Baru, bila kita sungguh-sungguh mengenal siapa diri kita di hadapan Tuhan dan siapa Tuhan bagi kita, seyogyanya kita bisa menjadikan Tuhan segalanya bagi diri kita. Kita bisa mengatakan kepada Tuhan, “Kau berarti bagiku,” bukan karena Ia menguntungkan bagi kita, tetapi karena kita berada di tempat yang benar di hadapan-Nya. Menemukan dan menempatkan diri di tempat yang benar di hadapan-Nya adalah yang terutama dan terpenting dalam hidup ini.


Sesungguhnya selama manusia menyadari bahwa Tuhan adalah segalanya bagi dirinya, niscaya ia akan terhindar dari pemberontakan seperti yang dilakukan oleh Lucifer. Tetapi, menjadikan Tuhan segalanya harus berangkat dari kesadaran bahwa tidak ada tempat yang nyaman dan pantas bagi manusia, selain tempat di mana ia harus ada, seperti yang dikehendaki oleh Sang Penciptanya. Jika ia tidak pada tempat yang dikehendaki Tuhan, berarti ia tidak melayani-Nya. Tidak melayani Tuhan berarti memberontak.



Menemukan dan menempatkan diri di tempat yang benar di hadapan Allah adalah yang terutama dan terpenting dalam hidup ini.



Dimodifikasi dari Truth Daily Enlightenment, dengan ijin penerbit.

Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Lisensi Creative Commons
Renungan Virtue Notes is licensed under a Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 3.0 Unported License.
Berdasarkan karya di virtuenotes.blogspot.com.
 
Powered By Blogger